Riset yang dilakukan World Health Organization pada 1999 menunjukkan, 70% kematian di beberapa Negara berkembang diakibatkan oleh rokok. Korban narkoba pun rupanya hampir pasti diawali dengan merokok. Sebagian besar perokok berusia produktif, 80% merupakan mahasiswa. Sementara, pemerintah belum memiliki sikap tegas tentang rokok. Dalam hal ini, perlu peran serta berbagai pihak untuk memulai usaha menuju Indonesia yang bebas rokok.
Untuk itu, Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta bekerja sama dengan The John Hopkins School of Public Health (JHSPH) , Amerika Serikat menyelenggarakan workshop bertajuk “To Gather the Strategic Partners and Establish a Tobacco Control Research Network a Joint Program”. Hal tersebut diungkapkan Drs. Mutia Hariati Husein, M.Si, Ketua Panitia, di sela-sela acara pada Rabu, 22/12 pagi di Kampus Terpadu UMY.
Menurut Mutia, workshop ini bertujuan untuk mengumpulkan mitra strategis dan membangun jaringan penelitian dengan fokus pada pengendalian tembakau. “Sebelumnya, sudah dibuat daftar, juga sudah diundang pihak-pihak mana saja yang secara potensial akan dapat dilibatkan untuk mendukung gerakan pengendalian tembakau ini. Pada hari ini, pihak-pihak yang merespon hadir dalam workshop. Mereka akan diberi pemahaman mengenai gerakan ini, dan diharapkan untuk selanjutnya bisa tetap terlibat,” ujarnya.
Peserta yang datang, lanjut Mutia, berasal dari berbagai lapisan masyarakat. “Beberapa datang dari LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dari pemerintahan, akademisi, kebanyakan yang memiliki kepedulian terhadap pengendalian tembakau. Mereka datang hampir dari seluruh wilayah di Indonesia,” paparnya.
Acara ini, masih menurut Mutia, diharapkan akan memberikan banyak manfaat. “Dari acara ini, diharapkan akan muncul pemahaman yang sama, juga baru, tentang manfaat dari jaringan penelitian pengendalian tembakau. Selain itu, diharapkan pula ada kolaborasi lebih lanjut, serta munculnya kesediaan untuk mengikuti berbagai kompetisi,” paparnya. (Intan)