Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sebagai institusi pendidikan, ikut memegang peranan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya dalam rangka menekan angka perokok dan mengurangi prevalensi perokok pemula di lingkungan UMY. Dalam hal ini rokok merupakan aktifitas yang sudah diketahui bahayanya terhadap kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya untuk membantu para perokok dalam usahanya untuk berhenti merokok.
Guna mewujudkan UMY sebagai kampus yang bebas asap rokok serta membantu para perokok untuk berhenti merokok, UMY bekerjasama dengan MTCC (Muhammadiyah Tobacco Control Center) kembali mengaktifkan Klinik Berhenti merokok melalui program training konselor. Program training konselor Klinik Berhenti merokok telah didirikan sejak tahun 2013 oleh MTCC UMY bertempat di Asri Medical Center (AMC). Training tersebut dilakukan kepada mahasiswa, perawat serta dokter yang bertugas di Klinik Pratama Firadus UMY. Hal tersebut diungkapkan Dianita Sugiyo S.Kep NS MHID, selaku pengurus MTCC UMY pada kegiatan training konselor MTCC UMY dalam program Klinik Berhenti Merokok yang diselenggarakan sejak tanggal 7 hingga 8 Maret 2016 bertempat di Ruang Sidang Fakultas Ekonomi UMY lantai 2.
Alumni dari training tersebut nantinya akan bertugas di klinik berhenti merokok yang telah dibentuk oleh MTCC UMY, untuk mahasiswa akan ditempatkan di Poliklinik UMY, dalam hal ini mahasiswa yang bertugas hanya melakukan sosialisasi berdasarkan ilmu dan kemampuan mereka selama mengikuti training. Sosialisasi tersebut diberikan kepada perokok agar dapat mengurangi dan bahkan berhenti merokok. “Mahasiswa yang bertugas di klinik tersebut akan memberikan sosialisasi berdasarkan kemampuan mereka dalam menangani perokok, dan jika dalam penanganan dalam bentuk sosialisasi tersebut tidak mempan, maka perokok tersebut akan dibawa ke dokter di Klinik Pratama UMY, dan jika penanganan dari dokter tersebut masih juga belum mampu mengubah perilaku perokok tersebut, maka dari klinik akan merujukkan kepada spesialis kejiwaan untuk menanganinya,” ungkapnya.
Materi training yang diberikan kepada peserta yaitu terdiri dari pembekalan materi, diantaranya materi terkait Kawasan Tanpa Rokok dan Perlindungan Kesehatan bagi Masyarakat, pembekalan terkait Klinik Berhenti Merokok di Lingkungan UMY, serta praktek secara langsung dalam penanganan kepada perokok yang berkeinginan untuk berhenti merokok. “Training yang dilakukan selama 2 hari ini selain pembekalan materi-materi peserta juga diberikan pembekalan praktek secara langsung, terkait bagaimana memberikan sosialisasi untuk berhenti merokok kepada mahasiswa, maupun karyawan yang berada di lingkungan UMY,” pungkasnya.
Kembali ditambahkan oleh Dianita, sebelum tergagasnya program Klinik Berhenti Merokok tersebut, MTCC UMY sudah cukup lama konsen dalam mengkampanyekan dengan gerakan untuk berhenti merokok, serta memberikan pelayanan bagi perokok yang berkeinginan untuk berhenti merokok.”Sejak berdiri pada tahun 2011, MTCC UMY telah gencar mengkampanyekan gerakan berhenti merokok, dan salah satunya yaitu dengan membentuk klinik berhenti merokok serta mengkampanyekan Kawasan Tanpa Rokok,” tambahnya.
Harapan kedepannya dengan kembali diaktifkannya klinik berhenti merokok tersebut dapat menjadikan UMY sebagai kampus bebas dari asap rokok dan bebas dari perokok. Dengan berkurangnya perokok di lingkungan UMY akan mewujudkan lingkungan kampus yang nyaman, dan terbebas dari asap rokok. Selain itu, dengan adanya klinik berhenti merokok akan menjadi wadah bagi mahasiswa perokok untuk dapat diberikan pengetahuan akan bahaya dalam mengonsumsi rokok.”Kenyamanan kampus akan terbebas dari asap rokok dapat dimulai dengan adanya klinik berhenti merokok, selain itu diharapkan peserta training yang terlibat juga akan mampu secara maksimal dalam mengkampanyekan dan memberikan sosialisasi untuk berhenti merokok,”tutupnya. (Adam)