Tanggal 31 Mei menjadi momen dalam memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia untuk menanamkan wawasan mengenai bahaya rokok dan perlunya menjaga kesehatan. Untuk menyonsong momen tersebut, Muhammadiyah Tobacco Control Center Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (MTCC UMY) dan Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul Menggelar acara Kampanye Peringatan Hari Tanpa Temabakau Sedunia (HTTS) dengan tema : “Upaya Berhenti Merokok Melalui Pemberdayaan Masyarakat” pada hari Kamis (23/5).
Kampanye yang diisi dengan talkshow mendatangkan Wakil Bupati Gunung Kidul, Dr. Drs. Immawan Wahyudi,M.H.; Advocacy Manager of MTCC UMY, Resti Yulianti Sutrisno,M.Kep,Ns.,Sp.Kep.MB.; serta dr. Siti Rizki Fauziah dari Klinik Firdaus UMY (Klinik Berhenti Merokok) sebagi pembicara. Bertindak sebagai Moderator adalah Sekretaris Dinas Kesehatan Gunung Kidul, Priyanta Madya Satmaka, SKM, M.Kes.
Disampaikan oleh Resti, konsumsi rokok di Indonesia sangat tinggi dan tidak terkendali. “Hal tersebut terlihat dari angka kesakitan dan kematian akibat perilaku merokok dan paparan asapnya. ini ditunjukkan oleh meningkatnya angka Proporsi Konsumsi Tembakau (Hisap dan Kunyah) pada Penduduk Usia 15 tahun sebesar 32.8% (Sirkesnas tahun 2016) meningkat menjadi 33,8 % (Riskesdas tahun 2018), meningkatnya prevalensi merokok pada usia di bawah umur (10-18) tahun dari angka 8,8% (Sirkesnas tahun 2016) meningkat diangka 9,1% (Riskesdas tahun 2018) menjauh dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional total 5,4% pada tahun 2019 dan Produk Tembakau (Rokok) telah menyebabkan kematian penduduk Indonesia sebesar 22.720 pertahun atau sekitar (14.7%),” ujarnya.
Angka kematian akibat rokok hingga kini masih tinggi dan penyalahgunaan tembakau pada dasarnya merupakan penyebab kematian yang dapat dihindar. “Namun masih banyak masyarakat yang belum bisa melepaskan diri dari rasa candu terhadap rokok. Lebih bahaya daripada itu, tidak hanya perokok aktif yang terpapar bahaya dari rokok itu sendiri, akan tetapi juga dari orang yang terkena asap rokok. Melalui momen Hari Tanpa Tembakau Sedunia ini, harapannya kita mampu unutk mengedepankan kesehatan diri dan orang lain di lingkungan kita dengan meninggalkan adiksi terhadap rokok,” lanjut Resti.
Talkshow ini dihadiri oleh peserta yang berjumlah 200 orang dari seluruh Puskesmas di Gunung Kidul dan para peserta dibekali penguatan dan pemahaman Regulasi maupun kemampuan berkaitan dengan bagaimana pemberdayaan masyarakat desa dalam membangun desa Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Termasuk juga pengelolaan Klinik Berhenti Merokok guna menekan perokok dan menangani perokok yang ingin berhenti. Diharapkan setelah acara ini di setiap Puskesmas yang ada di Gunung Kidul memiliki fasilitas berhenti merokok sebagai pengembangan “Klinik Sehat” yang dimiliki oleh Gunung Kidul dan akan bermanfaat mengurangi angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh rokok. (raditia)