Perokok yang ada di Indonesia berasal dari berbagai usia, mulai dari anak di bawah umur hingga dewasa. Hal ini bisa terjadi karena biaya cukai untuk tembakau terbilang murah, yang mengakibatkan masyarakat bisa dengan mudah membeli rokok di berbagai tempat. Melihat fenomena ini Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) mengadakan pertemuan yang bertemakan “Kenaikan Cukai Dan Harga Rokok Untuk Melindungi Masyarakat Dan Generasi Penerus Bangsa” pada Selasa (9/10) bertempat di Audiotorium Pimpinan Pusat Muhammadiyah Jalan Menteng, Jakarta. pada pertemuan kali ini, MTCC mendesak pemerintah untuk menaikkan cukai tembakau agar rokok tidak mudah dibeli oleh masyarakat Indonesia.
“Acara tersebut bertujuan untuk meminta kepada pemerintah agar dapat menaikkan cukai dan pajak produk tembakau yang selama ini berdampak kepada tingginya daya beli masyarakat,” ujar dr. Hj. Supriyatiningsih, M.Kes.,Sp.OG sebagai Project Director MTCC UMY melalui pers rilis yang diterima oleh Biro Humas dan Protokol UMY Rabu (10/10).
Supriyatiningsih kembali memaparkan, problematika tentang rendahnya cukai hasil tembakau menjadi sangat penting agar segera diatur regulasi yang jelas tentang pertembakauan di Indonesia. Adanya Framework Tobacco Control Convention (FCTCC) yang dideklarasikan pada tahun 2013 merupakan perjanjian international tentang kesehatan masyarakat yang dibahas dan disepakati oleh negara-negara anggota WHO, bertujuan untuk melindungi generasi masa kini dan masa mendatang dari dampak konsumsi rokok dan paparan asap rokok. Akan tetapi hingga saat ini belum ada tanda-tanda respon yang baik dari pemerintah untuk menandatangai perjanjian tersebut.
Pimpinan pusat Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih dan Tajdid telah mengeluarkan fatwa haram merokok. Selain itu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sebagai salah satu aksentuator gerakan dakwah Muhammadiyah dalam bidang pendidikan juga telah berkiprah sejak tahun 2011 dalam gerakan advokasi tobacco control. Untuk menerapkan regulasi pengendalian tembakau di 20 kabupaten dan kota di Indonesia serta memperkuat jaringan nasional dengan berbagai elemen masyarakat. “Muhammadiyah dan UMY saling bahu membahu dalam melakukan gerakan mulai dari tingkat daerah sampai nasional demi mengurangi jumlah perokok di Tanah Air,” imbuh dokter yang akrab disapa dr. Upi ini lagi.
Supriyatiningsih pun sangat berharap agar pemerintah bisa segera mengambil keputusan yang tepat demi menyelematkan generasi penerus bangsa dari ancaman rokok. “Ketika pemerintah tidak bertindak jitu dalam menanggulangi masalah rokok, akan terus bertambah perokok dari generasi muda,” pungkasnya.(ak)