Menempuh dan mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya tentu sudah menjadi cita-cita setiap orang. Memiliki pendidikan tinggi juga segudang pengalaman pastinya akan memberikan makna hidup dan dapat membuka jendela dunia dengan jauh lebih sempurna. Walau dengan demikian, kendala ekonomi hingga saat ini masih menjadi penghalang bagi generasi muda di Indonesia untuk mendapatkan pendidikan tersebut.
Hal ini pun dirasakan oleh Muhammad Ihsan sebagai salah satu wisudawan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Periode I Tahun Akademik 2024/2025. Muhammad Ihsan yang akrab disapa Ihsan merupakan seorang mahasiswa Teknik Elektro UMY ini mengisahkan perjuangannya selama empat tahun menempuh pendidikan sarjana hingga meraih IPK 3.87. Dalam momentum wisuda UMY TA 2024/2025 hari kedua, Kamis (5/9) ia bahkan meraih penghargaan sebagai Wisudawan dengan Prestasi Terbanyak
Ihsan menjadi salah satu mahasiswa UMY yang cukup aktif dengan mengikuti berbagai perlombaan robotic dan memiliki segudang prestasi lainnya. Ia juga menjadi salah satu penerima Beasiswa Prestasi Unggulan dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tidak berhenti di situ saja, uniknya anak pertama dari dua bersaudara ini menjadi pencetus dan berhasil menyelesaikan studinya dengan program double degree pertama di Teknik Elektro UMY. Selama menjalankan program double degree, Ihsan memilih untuk mengambil jurusan Computer Science di Asia University (AU) untuk memperdalam ilmu yang sudah didapatkan dari semester 1 hingga 6 di Teknik Elektro UMY.
“Saya senang sekali mengeksplor dunia luar, bisa melihat tempat baru, suasana baru, dan ingin punya pengalaman tentang itu. Selain itu, saya juga penasaran bagaimana rasanya berkuliah di luar negeri karena pasti ada banyak hal yang belum diketahui kalau saya hanya berada di satu tempat saja. Terkhusus lagi di departemen yang saya ambil sangat linier dengan fokus yang saya miliki saat ini. Bahkan, apa yang saya dapatkan di AU bisa memperdalam ilmu yang saya dapatkan di UMY. Namun, terkadang saya terkendala dengan bahasa, karena tidak semua mata kuliah dari departemen yang saya pilih bahasanya pengantarnya menggunakan bahasa Inggris,” ujar Ihsan saat diwawancarai usai prosesi wisudanya di Sportorium UMY pada Kamis (5/9).
Walau terhalang kemampuan bahasa Mandarin, tidak menjadi halangan bagi Ihsan untuk tetap berprestasi. Komitmen serta kegigihan Ihsan tidak hanya ia tunjukkan di UMY saja, tetapi juga saat berkuliah di Asia University. Ihsan pun sempat menorehkan penghargaan sebagai The Most Outstanding Student in Asia University.
“Jadi di AU itu terdapat sistem ranking, baik di kelas maupun department dan diurutkan setiap angkatan. Untuk perangkingan diurutkan setiap semester. Kebetulan saya mendapatkan ranking pertama di semester gasal. Awalnya saya tidak berekspektasi apapun, tapi tiba-tiba dihubungi oleh pihak International College bahwa saya mendapatkan penghargaan tersebut dan mendapatkan reward berupa sertifikat serta uang,” pungkas Ihsan.
Berada di negara tetangga bukan menjadi hal yang mudah bagi Ihsan. Banyak sekali kerikil yang mewarnai perjalanan Ihsan selama hidup dan tingal di Taiwan. Untuk menyambung hidupnya, ia juga melakukan kerja part-time di beberapa tempat dan posisi.
“Untuk menutupi kebutuhan hidup selama di Taiwan, selain menjalankan program double degree saya sambi dengan melakukan kerja part-time. Walau sebenarnya kerja part-time juga sudah menjadi rencana sejak awal. Saya pernah menjadi waitress, cooking helper, dan yang terakhir sebagai shopkeeper. Terkadang kalau teman-teman yang lain di hari libur bisa main, saya tidak bisa ikut karena harus bekerja,” jelasnya.
Dengan adanya banyak kemudahan dan peluang saat ini, laki-laki berdarah Kalimantan ini mengatakan bahwa sebagai generasi muda jangan pernah takut untuk mencoba hal baru dan meminta restu kepada orang tua, sebab restu itu hal yang sangat penting bagi setiap anak.
“Jangan terlalu banyak merasa takut. Coba saja dulu. Saya pun dulu selalu ‘nekat’ dalam melakukan apapun. Katanya ‘lebih baik mencoba tapi gagal daripada gagal tidak mencoba sama sekali’. Kita tidak akan pernah tahu dari semua percobaan dan sudut kemungkinan mana yang akan menjadi pendukung bagian cerita hidup kita ke depan. Selain itu, restu dari orang tua itu penting. Saya pun ketika mengambil keputusan sekecil apapun pasti diskusi dulu dengan orang tua, karena mungkin ada sudut pandang lain yang hanya bisa dilihat oleh mereka,” pungkasnya.
Ihsan pun berpesan untuk seluruh generasi muda Indonesia terutama mahasiswa/i UMY untuk terus berproses dan menikmati setiap proses yang ada. “Kita tetap harus berproses pada bidangnya masing-masing, jalani apa yang disukai, dan nikmati setiap stepnya. Sebab terkadang ada kesempatan-kesempatan lain yang muncul dan tidak diduga selama kita fokus menjalaninya. Take a risk, hidup hanya sekali, sayang sekali jika hanya stay di zona nyaman karena dunia terlalu luas untuk berdiam diri,” tutup Ihsan. (NF)