Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengajak 1.200 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) untuk melek keuangan di tengah era digital dan fenomena investasi serta fintech illegal. Kegiatan ini diadakan secara blended (luring dan daring) bekerjasama dengan Program Studi Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UMY. Kegiatan yang diselenggarakan pada hari Kamis (28/7) ini bertemakan ‘Edukasi Keuangan Syariah bagi Mahasiswa UMY’.
Horas V.M.Tarihoran, Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan OJK menyampaikan bahwa negara-negara yang memiliki tingkat literasi dan inklusif keuangan yang baik juga memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pemerataan pendapatan yang baik. ”Oleh karena itu, OJK memberikan tindakan preventif untuk memberikan literasi keuangan kepada masyarakat khususnya kepada mahasiswa,” jelasnya.
Horas juga menambahkan bahwa literasi masyarakat di Indonesia terhadap keuangan masih sangat rendah, namun berbeda dengan generasi Z yang sudah mulai melek dengan literasi keuangan. ”Hal itu belum cukup, kita masih harus lakukan kegiatan melek keuangan. Mengingat di tengah fenomena banyak penipuan-penipuan yang sedang marak terjadi, banyaknya investasi bodong yang memakan banyak korban masyarakat, serta korban dari fintech illegal, dan hal tersebut sangat disayangkan,” tambahnya.
Dia juga menekankan untuk melakukan tindakan preventif melalui edukasi kepada mahasiswa untuk lebih melek keuangan. ”Literasi keuangan sangat dibutuhkan sehingga mahasiswa dapat memanfaatkan layanan produk jasa keuangan yang ada untuk membuat hidup kita lebih sejahtera. Selain itu, harapan kami mahasiswa dapat berbagai informasi yang didapatkan kepada rekan-rekan mahasiswa lainnya tentang pentingnya melek keuangan,” paparnya.
Hal senada disampaikan oleh Prof. Rizal Yaya,S.E.,M.Sc.,Ph.D.,Ak.,CA.,CRP, Dekan FEB UMY bahwa kegiatan ini sangat penting dilakukan oleh mahasiswa mengingat banyak kasus mahasiswa yang terkena kasus investasi bodong hingga fintech illegal. ”Hal ini kita harapkan tidak akan terjadi lagi melalui upaya literasi keuangan. Upaya ini sangat penting bagi mahasiswa untuk lebih bijak dalam hal mengelola keuangan. Sehingga setelah kegiatan ini mahasiswa menjadi paham dan bisa menggunakan keuangan dengan baik, kemudian ilmu tersebut dapat disebarkan kepada masyarakat tentang pentingnya melek keuangan,” tambah Guru Besar UMY ini.
Yaya juga menghimbau kepada mahasiswa untuk juga melek dalam mengelola keuangan syariah. ”Tidak hanya melek keuangan secara konvesional, pentingnya melek keuangan syariah ini karena ada kelebihan dari keuangan syariah, yaitu transaksi riil dan bergerak sehubungan dengan mendorong yang benar-benar pertumbuhan ekonomi sehingga ekonomi semakin kuat. Karena itu, menjadi dasar pemerintah Indonesia mengadopsi keuangan syariah saat krisis keuangan tahun 98-99 dan itu menjadi sistem keuangan menjadi lebih stabil. Oleh karena itu saya harap mahasiswa dapat terlibat dan mempraktikkan keuangan syariah,”tutupnya.(Sofia)