Pertumbuhan Ekonomi dan Perbankan Islam meningkat pesat dan mulai menarik perhatian dunia internasional. Bahkan ekonomi Islam menjadi salah satu subjek yang saat ini banyak ditawarkan dalam bentuk program studi baru oleh universitas dan lembaga pendidikan tinggi lainnya di banyak negara, terutama di negara-negara muslim di Asia Tenggara. “Karena perkuliahan ekonomi dan perbankan Islam meningkat, kami rasa standarisasi kurikulum agar memiliki kesepakatan ketika memberikan materi kepada mahasiswa,” ungkap Dr. Masyhudi Muqorobin, S.E.,M.CL selaku direktur International Program for Islamic Economic and Finance (IPIEF) UMY saat pembukaan 2nd ASEAN Workshop on Standardisation of Islamic Economics Curriculum, dengan tema “Menuju Standarisasi Kurikulum Ekonomi Islam di negara-negara Asia Tenggara” pada Kamis (28/11) di Ruang Sidang AR Fakruddin B Kampus Terpadu UMY.
Workshop yang terdiri dari puluhan dosen ekonomi syariah se – Asia Tenggara ini akan membahas perancangan kurikulum untuk program studi yang berkaitan dengan ekonomi dan perbankan Islam hingga Jumat (29/11) di Kampus Terpadu UMY.
Menurut Masyhudi, proses penyusunan standarisasi kurikulum tersebut telah berlangsung sejak tahun 2011 dengan melibatkan beberapa universitas di Asia Tenggara. “Kami sudah bertemu dan mendiskusikan kurikulum ini sebanyak 3 kali, hasilnya saat ini sudah disepakati ada standar kurikulum yang tersusun sebanyak 50 sks,” tuturnya.
Workshop pertama sudah diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia. Kemudian pada workshop kedua ini akan membahas standarisasi ekonomi Islam internasional disertai dengan pembentukan Asosiasi Edukasi dan Penelitian Ekonomi dan Keuangan Islam se-Asia Tenggara. Workshop ini juga bertujuan untuk menjadikan Asia Tenggara sebagai pusat kebangkitan ekonomi Islam di dunia dengan basis pendidikan ekonomi yang sesuai dengan syari’ah Islam.
Selain itu, menurut Masyhudi lagi, Indonesia dan Malaysia sebagai negara dengan mayoritas umat Muslim terbanyak akan menjadi acuan SDM di bidang ekonomi keuangan dan perbankan Islam untuk dunia. Karena itu, menurutnya, peserta pada acara workshop tersebut hanya akan dihadiri oleh dekan, kepala program studi, sekretaris prodi, dosen dari prodi ekonomi, perbankan, muamalah, akutansi, dan ekonomi syariah serta dihadiri pula oleh para pengambil kebijakan di tingkat universitas dari beberapa negara, khususnya Indonesia dan Malaysia.
Sementara narasumber pada acara workshop ini sendiri seperti Prof. Dr. Mohammed Aslam Haneef (IIIT Asia Pasific), Prof. Dr. Jarita Duasa (KENMS-IIUM), Dr. Mohammed Mahyudi dan Dr. Mustafa Omar Mohammed (IIUM), Dr. Irfan Syauqi Beik (IAIEI –IPB), Mr. Suherman Rasyidi (Unair), Prof. Dr. Mohd. Azmi Omar (Directur General, IRTI-IDB, Jeddah), dan Prof. Dr. Abdul Hamid Abusulayman (Founder, IIIT Virginia, USA).
Adapun workshop ASEAN tentang standarisasi kurikulum ekonomi Islam yang kedua ini diharapkan bisa membentuk dan menetapkan standar kurikulum untuk pembelajaran ekonomi Islam pada setiap universitas atau lembaga pendidikan di negara-negara Asia Tenggara. Sementara itu, untuk bagian yang lain seperti perbankan, akutansi dan manajemen yang berbasis Islam akan menjadi bagian dari agenda berikutnya. Sehingga dengan begitu, rangkaian workshop yang terselenggara tersebut dapat mengukuhkan Asia Tenggara sebagai kekuatan dari kebangkitan Perekonomian Islam dunia. Kemudian Indonesia yang akan menjadi motor penggeraknya didorong dengan keberadaan umat Muslim Indonesia sebagai Sumber Daya Manusianya.