Sebagai mahasiswa tentu tugas kuliah yang diberikan oleh dosen menjadi suatu kewajiban untuk dikerjakan, baik itu tugas dalam bentuk teori maupun dalam bentuk praktikum. Begitu pula yang dikerjakan oleh mahasiswa konsentrasi Broadcasting Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (IK UMY) yang mengerjakan tugas mata kuliah film dokumenter. Dua semester mengerjakan tugas film dokumenter, nampaknya mahasiswa-mahasiswa tersebut terbayar puas dengan terselenggaranya pemutaran film dokumenter sebagai ajang apresiasi karya mahasiswa, yang dinamai “Paradok #3” pada Jumat (18/07) bertempat di IFI-LIP Yogyakarta – Institut Francais Indonesia.
Selama dua hari berturut-turut “Paradok” akronim dari Parade Dokumenter, menghasilkan 14 karya film mahasiswa Broadcasting IK UMY untuk dipertontonkan kepada masyarakat luas. Ditemui oleh tim jurnalis Biro Humas dan Protokol UMY, Fahrizal Gani sebagai ketua penyelenggara Paradok #3 memaparkan tujuan dari terselenggaranya acara apresiasi karya mahasiswa tersebut. “Pada Paradok#3 tahun ini kami mengangkat tema “UNTOLD”, sesuai dengan film-film yang diangkat oleh teman-teman dari Broadcasting IK UMY. Teman-teman mengangkat tentang sesuatu yang belum pernah diceritakan oleh para pembuat film sebelumnya. Ajang apresiasi ini tentunya bertujuan agar film-film yang telah dibuat oleh teman-teman dapat bertemu dengan penonton-penontonnya. Agar film-film yang dikerjakan selama dua semester terbayar dengan tidak sia-sia, apabila diapresiasi dengan adanya pemutaran seperti yang dilakukan oleh mahasiswa Broadcast IK UMY,” jelas Gani.
Selain itu Gani menambahkan, bahwa yang menarik pada tugas film dokumenter tahun ini adalah tidak adanya batasan ide dan geografis pengambilan cerita film. “Menariknya pada tahun ini tidak adanya batasan ide dan batasan geografis pengambilan cerita pada film yang akan dikerjakan. Sehingga hal tersebut membuat bertambah semangat dari teman-teman dalam pengerjaan film dokumenter. Ada yang mengangkat cerita dari Malang Jawa Timur, dari Mamuju Sulawesi, Tasikmalaya dan beberapa kota lainnya di Indonesia,” tambahnya.
Ditemui pada kesempatan yang sama, Yudha Kurniawan sutradara film Nyanyian Akar Rumput yang turut hadir sebagai pemateri dalam sesi sharing session, memberikan tanggapan terhadap karya-karya mahasiswa yang diputar. “Melihat film dokumenter karya mahasiswa Broadcasting IK UMY 2016 saya turut merasakan kebahagiaan dan semangat para sineas-sineas muda yang bergelora. Mereka cukup melalui proses yang matang, dari pengolahan cerita, kemudian penentuan objeknya, waktu dan jarak yang ditempuh untuk pengambilan gambarnya. Sampai pada proses editing, dan pemutaran hasil akhir film kepada penonton-penontonnya tentu ada kepuasan tersendiri. Mereka melalui proses-proses itu dan mereka mampu,” papar Yudha.
Sutradara yang meraih penghargaan Piala Citra kategori film dokumenter terpanjang terbaik tersebut menerangkan, bahwa film-film yang diputar berhasil memberikan sudut pandang yang berbeda dan menarik untuk ditonton. “Selain itu, teman-teman dari broadcasting 2016 berhasil membuat sudut pandang yang berbeda dengan keberagaman film yang mereka sajikan. Ada usaha untuk memberikan sudut pandang yang menarik kepada penonton, dan ada keberanian untuk mengangkat isu-isu yang cukup unik dan sensitif,” terang peraih Alumni Awards UMY tahun 2019 ini lagi.
Adalah film dengan judul Sujud yang disutradarai oleh Pahlawan Bimantara berhasil menjadi film terbaik pada Paradok#3 tahun ini. Selain itu, film berjudul Pemuda Ka’bah yang disutradarai oleh Enggar Asfinsani berhasil menyabet kategori film favorit pilihan juri. Adapun ke 14 film karya mahasiswa yang diputar adalah, Sudut Kota, Sujud, Return, Perempuan Anarki, Napak Tilas, Katarsis, ON, Racing Side, Hari-Hari Aki Maman, Doctor Diary, Lakon Piwuangging Jagad, Rana, Masyarakat Sampah, dan Pemuda Ka’bah. (CDL)