Industrialisasi wisata memang berperan besar dalam membantu pemerintah mendapatkan devisa. Tetapi di sisi lain, paradigma industrialisasi wisata justru mengesampingkan makna wisata itu sendiri. Ketertinggalan Indonesia dalam bidang perekonomian mendorong pemerintah menggalakkan industri pariwisata untuk mempercepat proses akseleresi pembangunan di Negara Indonesia. Pemerintah menjadikan pariwisata sebagai objek dari proses industrialisasi untuk menggalakkan pembangunan ekonomi.
Hal ini disampaikan Rezki Satris, Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhamadiyah Yogyakarta (HI UMY) dalam diskusi terbatas, Sabtu (4/9) mengenai gagasan tertulis yang dibuatnya bersama mahasiswa HI UMY lainnya, Toni Rahman. Makalah mereka yang berjudul “Budaya Wisata Menjadi Strategi Daya Saing Bangsa” ini lolos seleksi Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM-GT) 2010 yang diadakan oleh oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M) Ditjen Pendidikan Tinggi (DIKTI) Kementerian Pendidikan Nasional.
Menurut Rezki, dari berbagai kebijakan pariwisata dan Undang-Undang Kepariwisataan, pemerintah Indonesia sama sekali tidak menyinggung sisi humanistik dari pariwisata. Rezki menyebutkan Undang-Undang hanya mengatur persoalan bagaimana menjadikan objek pariwisata yang baik dan kegiatan perekonomian apa yang dapat mendukung objek pariwisata tersebut. “Padahal masyarakat Indonesia memiliki potensi budaya untuk bisa menjadi wisatawan”, tandas Rezki.
Masyarakat Indonesia menurut Rezki sebenarnya memang mempunyai potensi budaya untuk bisa menjadi wisatawan yang baik. Artinya adalah wisatawan yang mampu untuk menjadikan kegiatan wisata yang dilakukannya menjadi kegiatan yang produktif. Hanya saja potensi ini tidak dapat bertransformasi menjadi aktualitas keunggulan bangsa. “Hal ini kembali lagi disebabkan pemerintah yang tidak pernah secara serius berusaha mengembangkannya”, jelasnya.
Penekanan yang terlalu berlebihan pada industrialisasi pariwisata dalam kebijakan-kebijakan pemerintah juga turut berperan besar atas kurang maksimalnya eksplorasi potensi budaya ini. Masyarakat Indonesia dalam desain pembangunan pariwisata Indonesia hanya diajari untuk menjadi tuan rumah yang baik bagi para wisatawan. Hal ini membuat budaya wisata yang sudah ada dalam masyarakat menghilang karena pemerintah hanya mengajak mereka untuk diam di rumah dan menunggu tamu datang.
Karya tulis ini menurut Rezki lagi mencoba untuk memberikan gagasan baru mengenai desain pembangunan pariwisata di Indonesia sebagai imbangan desain pariwisata selama ini yang terlalu menjadikan pariwisata sebagai objek industrialisasi. Paradigma baru ini adalah dengan menjadikan pariwisata sebagai subjek dan bukan objek pembangunan. “Dengan pariwisata sebagai subjek, diharapkan potensi budaya wisata yang terdapat dalam masyarakat Indonesia dapat terwujud dalam sebuah aktualitas”, terang Rezki
Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM-GT) merupakan kegiatan tahunan yang diadakan oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M) Ditjen Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) di samping lima jenis PKM lainnya. Gagasan yang dibuat Rezki ini adalah salah satu makalah yang lolos seleksi setelah berkompetisi dengan 5233 judul se-Indonesia.