Berbicara mengenai perkembangan zaman dan teknologi dewasa ini, sangatlah pesat. Berbagai aktifitas manusia dengan mudah dibantu dengan kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi tersebut turut mempengaruhi perkembangan alat permainan anak-anak. Generasi tahun 90an mungkin sudah tidak asing lagi dengan permainan tradisional seperti permainan petak umpet, lompat tali, gobag sodor, serta bola bekel. Namun seiring perkembangan zaman saat ini, permainan tersebut mulai tergantikan dengan permainan serba digital dan berbasis teknologi tinggi.
Sadar akan semakin pudarnya pengetahuan generasi saat ini akan permainan tradisional, sekelompok mahasiswa dari Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) melaksanakan program pelatihan permainan tradisional yang diselenggarakan di SD MUHAMMADIYAH Karangturi, Ngipik, Banguntapan, Bantul. Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini merupakan sebuah program yang dicanangkan oleh DIKTI (Direktorat Perguruan Tinggi) dan kemudian digagas oleh Affan Arsyad sebagai ketua kelompok, dan Arman Maulana, Tyas Titi Kinapti, dan Rizqi Meiana Putri sebagai anggota kelompok.
Ketika ditemui pada Selasa (19/5) di ruang Jurusan Komunikasi, Affan mengungkapkan, permainan tradisional sebenarnya memiliki karakteristik yang berdampak positif pada perkembangan anak. Jika dibandingkan dengan permainan modern yang ada pada ponsel yang sekarang kerap dimiliki oleh setiap anak. Sejatinya, permainan tradisional cenderung menggunakan atau memanfaatkan alat dan fasilitas di lingkungan sekitar, tanpa harus membelinya, sehingga dapat mengasah daya imajinasi dan kreatifitas anak yang tinggi. “Beda halnya dengan permainan yang ada di ponsel, yang pada zaman modern ini cenderung akan membuat anak bersikap menyendiri, tertutup, acuh terhadap keadaan sosial, tidak memiliki rasa tanggung jawab dan ketidakkompakan dengan teman sebayanya akibat dari bermain di ponsel yang mereka miliki. Atas hal itu, kami merasa prihatin dan berpikir untuk memberikan pelatihan pengenalan permainan tradisional kepada anak-anak,” paparnya.
Selain itu, banyak alat-alat permainan yang dibuat dan digunakan dari tumbuhan, tanah, genteng, batu, atau pasir dan bahan-bahan lain sebagainya yang mudah di dapatkan, seperti permainan perang-perangan, engklek, boy-boyan, dan lain sebagainya. Sehingga tidak ada alasan lagi untuk tidak mempertahankan budaya permainan tradisional, karena peralatan yang dibutuhkan cukup mudah didapat.
Dalam permainan tradisional ini ada beberapa yang menjadi point penting, lanjut Affan lagi, sehingga permainan tradisional patut untuk di pertahankan bukan hanya karena pelestarian budaya semata. “Permainan tradisional yang sudah hampir punah ini, sejatinya memiliki nilai-nilai karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu diantaranya jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, semangat kebangsaan, menghargai prestasi, komunikatif, peduli lingkungan dan sosial, dan memiliki rasa tanggung jawab,” ujarnya.
Ditambahkan Affan, atas berlangsungnya kegiatan workshop dan pelatihan pengenalan permainan tradisional kepada anak-anak tersebut, mereka mendapatkan respon yang cukup baik dari anak-anak, dan guru-guru yang mengajar di SD tersebut. “Alhamdulillah kegiatan yang kami lakukan mendapatkan respon yang cukup baik dari anak-anak dan bapak, ibu guru yang mengajar di SD tersebut,” tambahnya. Dan di akhir dari kegiatan workshop tersebut akan dibuat buku panduan penggunaan dan jenis-jenis permainan tradisional yang ada di Indonesia, yang diharapkan dari adanya buku tersebut, anak-anak akan semakin mengenal dan tidak melupakan permainan tradisional yang ada. (adam)