Berita

Peduli Lingkungan, UMY Lakukan Penuangan Eco Enzyme

Sebagai perguruan tinggi yang memberikan perhatian penuh terhadap program SDG’s, UMY kembali memberikan aksi nyata dengan melakukan penuangan eco enzyme sebanyak 100 liter di danau kawasan Taman Firdaus UMY, Sabtu pagi (6/7). Penuangan eco enzyme ini juga dilakukan sebagai bentuk cinta dan kepedulian UMY terhadap kesehatan lingkungan.

Proses pembuatan Eco-enzym di UMY

Rektor UMY, Prof. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto M.P., IPM., ASEAN Eng mengatakan bahwa inisiatif eco-enzyme ini merupakan bagian dari upaya bioremediasi, yaitu perbaikan lingkungan secara biologis yang menandakan bahwa UMY secara aktif berpartisipasi dalam gerakan peduli lingkungan.

“UMY sebagai bagian dari komunitas green campus, kampus senyaman taman serta kampus sehat, kampus yang memberikan harapan-harapan terhadap semua bentuk kesehatan. Baik kesehatan diri, kesehatan lingkungan, kesehatan pergaulan. Kita menandai kecintaan kita pada lingkungan dengan dengan digunakannya eco-enzyme di lingkungan UMY,” kata Gunawan.

Eco-enzyme sendiri adalah senyawa yang berasal dari limbah organik yang mampu mempercepat dan membantu proses dekomposisi bahan organik yang menciptakan bau tidak sedap sehingga lebih ramah lingkungan.

“Jadi kalau ada genangan, ada sampah yang berbau, artinya mikrobanya jahat, bisa menyebabkan penyakit. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk meningkatkan kualitas lingkungan dengan menambah jumlah mikroba baik yang akan membantu proses dekomposisi. Mikroba baik ini akan menguraikan bahan-bahan organik yang menciptakan bau tidak sedap dengan menggunakan eco enzyme, sehingga lingkungan kita menjadi lebih bersih dan sehat,” tambah Gunawan.

Guru besar UMY bidang Ilmu Tanah ini berharap, inisiatif ini bisa menjadi penanda bagi seluruh perguruan tinggi di Indonesia tentang pentingnya konsep lingkungan yang sehat untuk masa depan anak cucu ke depan. Ia pun mengajak seluruh masyarakat untuk menjaga dan merawat lingkungan.

Sementara itu, Ir. Diah Rina Kamardiani., M.P. Dosen agribisnis UMY menjelaskan bahwa proses pembuatan eco-enzyme ini dibuat dari limbah kulit buah yang dicampur dengan molase (sisa dari tetes tebu) atau gula merah murni. Lalu dicampur dengan air, dengan perbandingan 1:3:10 (1 bagian molase, 3 bagian bahan organik, dan 10 bagian air).

“Buahnya dipotong, lalu dimasukkan ke wadah untuk proses fermentasi. Proses fermentasi minimal berlangsung selama 3 bulan. Idealnya, menggunakan minimal 5 macam kulit buah, buah apapun bisa, kecuali durian dan alpukat. Buah yang paling baik digunakan adalah jeruk atau jeruk nipis karena aromanya yang segar,” ujar Rina.

Proses penuangan Eco-enzym oleh Rektor UMY di danau kawasan Taman Firdaus UMY

Lebih lanjut, ia mengatakan, Eco-enzyme dikenal dengan seribu manfaatnya, seperti untuk kulit, penyembuhan luka bakar, pembersihan kolam, dan bahkan membersihkan kloset. “Daripada limbah rumah tangga seperti kulit buah dibuang dan mengganggu lingkungan , maka lebih baik dimanfaatkan, dibuat menjadi eco-enzyme,” pungkas Rina.

Komitmen UMY terhadap kesehatan dan lingkungan dan keberlanjutan SDG’s tidak hanya terbukti melalui penuangan eco-enzyme, namun juga melalui berbagai kegiatan seperti senam sehat bersama yang rutin dilakukan, penggunaan daun pisang sebagai pengganti makana dalam keemasan plastik, hingga himbauan untuk selalu membawa tumbler sendiri. (Mut)