Peduli terhadap permasalahan perempuan terkait dengan kekerasan terhadap perempuan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Dian Karyati Pamungkas terpilih menjadi salah satu peserta 1st Young Woman Camp (YWC) on Training Gender, Sexuality and Prostitusion.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH-APIK) Semarang bekerja sama dengan Coalition Against Trafficking in Women-Asia Pasific (CATW-AP) Philippines di Hotel Brongto, Yogyakarta selama empat hari yaitu pada 8 hingga 11 Oktober lalu. Kegiatan tersebut diikuti oleh 33 mahasiswi dari PTN maupun PTS di Indonesia serta perwakilan dari LBH-LBH yang menaruh perhatian terhadap permasalahan-permasalahan perempuan.
Menurut Dian kegiatan tersebut diisi berbagai pelatihan dimana ke 33 peserta dibagi menjadi tiga kelompok masing-masing 11 peserta. “Masing-masing kelompok diisi oleh 1 fasilitator dari Philipina yaitu dari CATW-AP dan 1 fasilitator dari LBH APIK Semarang. Sehingga pelatihan tersebut diisi dengan bilingual atau dua bahasa yaitu Indonesia dan Inggris.”urainya di Kampus Terpadu UMY, Selasa (12/10) sore.
Para peserta diberikan berbagai pelatihan mengenai perempuan dan permasalahannya terutama terkait dengan prostitusi maupun perdagangan wanita. “Mulai dari pengenalan sex and gender, gender stereotyping, economic marginilation, violence against women sampai dengan prostitution and the women’s movement yang diisi dengan testimony dari korban prostitusi maupun perdagangan wanita yang berasal dari Philipina maupun testimony dari keluarga korban trafficking dari Indonesia,”ujarnya.
Terkait dengan permasalahan perempuan baik prostitusi maupun perdagangan perempuan, hal tersebut bukan semata tanggung jawab pemerintah maupun LBH-LBH yang concern mengenai permasalahan perempuan. Melainkan memerlukan perhatian dari seluruh masyarakat. Dalam penuturannya semakin banyak orang yang sadar mengenai permasalahan perempuan baik terkait gender, perdagangan wanita, serta prostitusi akan semakin banyak orang yang berani untuk menguak atau membuka permasalahan tersebut.
“Hal ini dibuktikan dengan adanya jumlah data mengenai kekerasan terhadap perempuan yang semakin meningkat. Semakin meningkat jumlahnya bukan berarti semakin bertambah jumlah orang yang menjadi korban. Melainkan ini merupakan bukti bahwa semakin banyak jumlah orang yang berani mengaku atau melaporkan bahwa telah menjadi korban kekerasan maupun telah melihat terjadinya peristiwa tersebut. Karena sebelumnya masyarakat menganggap hal tersebut merupakan aib dan akan mempermalukan keluarga. Padahal korban juga harus mendapatkan keadilan dan pelaku juga harus ditindak secara hukum,”tegasnya.
Dian menambahkan dalam kegiatan tersebut juga telah terbentuk sebuah lembaga untuk kemajuan kesetaraan gender bagi pemuda dan pelajar yaitu Youth and Students Advancing Gender Equality (YSAGE)-Indonesia. “Semua peserta YWC tersebut secara otomatis telah menjadi anggota YSAGE.”tambahnya.
Dijelaskan Dian bahwa YSAGE nantinya berada di bawah CATW-AP untuk melakukan sosialisasi mengenai gender maupun sexuality dan perdagangan perempuan bagi pelajar serta mahasiswa di Indonesia.
“YSAGE akan melakukan beberapa kegiatan mulai dari sosialisasi melalui jejaring social seperti facebook, memberikan pelatihan maupun akan membuat semacam buletin sebagai pengetahuan bagi para pelajar maupun mahasiswa di Indonesia. Sehingga harapannya para pemuda semakin sadar dan paham mengenai kesetaraan gender serta berbagai permasalahan terkait perempuan. ”pungkasnya.