Angka pekerja asing di Jepang terus meningkat, tercatat pada tahun 2016 ada lebih dari 2 juta tenaga kerja yang berasal dari berbagai negara bekerja di Jepang. Indonesia termasuk penyumbang tenaga kerja yang cukup besar di negara tersebut dimana lebih dari 42 ribu orang berkewarganegaraan indonesia bekerja di Jepang. Kebanyakan dari tenaga kerja tersebut adalah pelajar internasional yang sedang menjalani studi atau sudah lulus dari salah satu institusi pendidikan di Jepang. Hal tersebut diungkapkan oleh Kanakubo Noriko, seorang associate professor dari Tsukuba Gakuin University, Jepang dalam acara kuliah umum dengan tema “Foreign Worker in Japan”. Kuliah tersebut dilaksanakan pada hari kamis (1/3) di Auditorium E6 Gedung KH Ibrahim dan diselenggarakan oleh program studi Hubungan internasional (HI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)
Noriko menyebutkan bahwa Jepang akan menghadapi kekurangan tenaga kerja akibat kurangnya warga dengan usia produktif. “Pada 2010 dari total keseluruhan penduduk Jepang 25 persen merupakan warga dengan umur di atas 65 tahun. Berdasarkan perkiraan proyeksi yang kami lakukan, pada tahun 2060 angka tersebut akan naik menjadi 40 persen. Sedangkan untuk warga dengan usia produktif dengan rentang umur 15 hingga 65 tahun pada 2010 ada 80 juta, dan angka tersebut akan menurun hingga 45 juta pada 2060 apabila tidak diatasi,” ungkap Noriko di hadapan mahasiswa yang menjadi peserta.
Noriko menyebutkan bahwa perekrutan tenaga asing merupakan salah satu kebijakan pemerintah Jepang untuk mengatasi masalah ini. “Hal ini merupakan penyebab langsung oleh penuaan populasi juga menurunnya angka kelahiran, dan ini merupakan isu yang sudah diprediksi sejak lama. Untuk mengatasinya pemerintah Jepang mengeluarkan kebijakan yang mempermudah warga asing untuk bekerja di Jepang. Seperti membuka peluang pekerjaan yang lebih besar kepada warga asing, terutama untuk pelajar internasional dengan memanfaatkan skema internship. Juga kepada pelajar asing yang lulus dari salah satu institusi pendidikan Jepang dan menjadi tenaga profesional ahli. Dengan kebijakan tersebut pada 2016 tercatat 80 persen dari pelajar asing mendapatkan pekerjaan di Jepang,” jelas Noriko.
Kunjungan oleh Tsukuba Gakuin University tersebut juga merupakan bentuk peningkatan kerjasama dengan UMY yang sudah dimulai sejak 2016. “Tahun 2017 lalu kita sudah melakukan lokakarya akademik dengan 2 dosen dari Tsukuba Gakuin University dan hasilnya 5 tulisan dosen kita dimuat dalam jurnal milik mereka yang terbit pada tahun ini. Kita juga ingin meningkatkan bentuk kerjasama dengan Department of Business & Informatics Extension Program for International Language & Culture milik Tsukuba Gakuin University dengan lebih intensif, misal dengan joint research, atau pertukaran pelajar,” ungkap Dian Azmawati, S.IP., M.A selaku perwakilan dari Program Studi HI UMY. (raditia)