Dimensi sosial tidak bisa dipisahkan dari dimensi ekonomi ataupun lingkungan. Banyak elemen sosial dalam pembangunan yang berkelanjutan menjadi bagian dari pertimbangan sosial-ekonomi sebagai penghubung antara dimensi ekonomi dan lingkungan. Untuk itu, pelaksanaan pembangunan ekonomi harus diseimbangkan dengan kelestarian lingkungan, termasuk melibatkan populasi lokal.
Demikian disampaikan salah seorang pemateri, dalam International Seminar “The Influence of Global Economic Development to the Environment”, Prof. D. Haryanto, Ph. D, di Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu (10/4).
Menurutnya, untuk mempertahankan kerberlangsungan hidupnya, manusia memerlukan dan menginginkan berbagai macam komoditas dan layanan seperti makan, minum, rumah, baju, obat, pendidikan, dan masih banyak lagi. “Hal tersebut lantaran keinginan manusia tak terbatas, padahal sumber daya alam, termasuk mineral yang ada di dalam bumi akan semakin berkurang secara kuantitas dan suatu saat akan menjadi sumber daya yang langka,” terangnya.
Kondisi ini pun, dinilai Haryanto, memunculkan perbedaaan pandangan antara penggiat lingkungan dan ekonom. Para penggiat lingkungan menitik beratkan pada pentingnya ekosistem yang sehat dalam pembangunan, sementara para ekonom berpendapat bahwa dalam upaya memaksimalkan kesejahteraan manusia, menjadi diperlukan untuk membuka pertambangan meskipun hal tersebut dapat mengganggu lingkungan.
Untuk mengatasi permasalahan itu, Haryanto merekomendasikan bahwa operasi pertambangan harus dilakukan dengan melibatkan partisipasi dari populasi lokal, memahami nilai dan budaya penduduk lokal, termasuk membantu mereka dalam mengembangkan kapasitasnya terkait dengan keberadaan tambang dan juga implikasinya.
Sementara itu, salah seorang pemateri lain, Muhammad Edhie Purnawan, M.A., Ph.D, mengungkapkan saat ini manusia mengalami krisis ekologi. Hal ini bisa dilihat dengan meningkatnya sejumlah bencana alam seperti gempa bumi, banjir, dan lainnya.
Lebih lanjut, Ia menjelaskan jika kemiskinan dan penurunan lingkungan yang menyebabkan populasi yang tidak produktif akan semakin besar dan sebaliknya, buruknya lingkungan juga dapat menyebabkan kemiskinan. Pertumbuhan yang fantastis dengan banyaknya pelanggan telekomunikasi di Indonesia juga menjadikan negeri ini mengalami krisis listri. Edhie juga memaparkan pelanggan telekomunikasi di Indonesia meningkat secara fantastis dari 19,4 juta pada tahun 2002 menjadi 172,78 juta pada tahun 2008.