Berita

Pelatihan Pengajar TPA: Kunci Pengajaran Itu Pembiasaan

pelatihan tpa kkn umySelama tingkat Iqro’ anak didik belum diajarkan tajwid, akan tetapi bacaannya sudah bertajwid. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi?, Karena selama membaca buku Iqro’ anak didik dibiasakan membaca yang baik dan benar. Sehingga anak tersebut sebelum diajarkan tajwid (hukum bacaan Al-qur’an) bacaannya sudah bertajwid. Itulah kunci pengajaran, yaitu membiasakan anak didik membaca yang baik dan benar.

Begitulah yang disampaikan oleh Tim Penataran Pengajar AMM (Angkatan Muda Masjid-Mushollah) Yogyakarta Ustadz Joko Prayitno, dalam acara pelatihan pengajar TPA (Taman Pengajaran Al-Qur’an) se-Ambarketawang yang diadakan oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (KKN UMY) di Masjid Asy- Syakur, Gamping Tengah, Ahad (14/4). Kegiatan KKN ini juga merangkap sekaligus Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M).

Joko menerangkan, untuk menjadi seorang pengajar atau guru TPA yang baik, harus bisa memahami sifat santri atau sifat peserta didiknya dengan baik pula. “ Sebagai seorang pengajar harus bisa melihat, apa yang membuat santri itu bingung dan apa yang membuat dia banyak berlari. Maka dari situlah seorang pengajar harus menciptakan suasana kondusif bagi para santrinya, seperti mengajak mereka bercerita, bernyanyi dan lainnya”, terang Joko dalam pelatihan yang juga dihadiri oleh Ketua Jurusan HI UMY Dr. Ali Muhammad, serta Ketua Takmir Masjid Asy- Syakur Drs.Zainuddin Duli.

Selain itu, Joko juga menerangkan bahwa seorang pengajar harus memiliki kemampuan dan kredibilitas yang tinggi. Seperti bacaan Al- Qur’an yang baik dan benar, mengusai materi, berakhlakul karimah (perilaku baik) dan lainnya. “Jika pengajarnya saja tidak becus, bagaimana nanti dengan santrinya? Oleh sebab itu, setiap pengajar harus meningkatkan kemampuannya secara rutin, baik itu dengan mengadakan tahsin( perbaikan bacaan Al-Qur’an) bersama atau lainnya”, terangnya.

Joko juga menambahkan bahwa setiap TPA yang sehat memiliki beberapa komponen. Diantaranya, TPA itu jelas secara tujuan, ada subyek (guru), obyek (santri), muatan atau materi yang baku, sarana dan prasarana yang memadai, dana, struktur organisasi yang jelas dan adanya evaluasi bagi pengajar dan santri. “Jika itu semua telah tercapai, maka TPA yang ibu atau bapak pimpin, sudah termasuk TPA yang sehat”, tambahnya.

Sementara itu, Ustadz Evan Riyanto Arifin menerangkan pentingnya TPA bagi masyarakat Islam Indonesia. Menurut penelitian yang dikemukakan oleh Irvan, tahun 1950 sekitar 17,5% remaja Islam Indonesia tidak bisa membaca Al-Qur’an, tahun 1980 sekitar 56 %, sedangkan tahun 1990 survei yang diadakan khusus di DKI Jakarta, sekitar 75 % siswa SMA tidak bisa membaca Al-Qur’an. “Kalau kita lihat dari tahun ketahun, hasil survey menunjukkan bahwa kemampuan remaja kita dalam membaca Al-Qur’an semakin menurun. Oleh sebab itulah TPA harus mampu untuk mengatasi masalah tersebut”, jelas Tim AMM Yogyakarta ini.

Adapun penyebab turunnya kemampuan remaja Islam dalam membaca Al-Qur’an yaitu, menurunnya kualitas pengajaran Al-Qur’an di Masjid, tidak adanya metode pengajaran yang stabil, terbatasnya jam pelajaran pendidikan Islam di sekolah, dihapusnya kurikulum pengajaran bahasa arab jawi atau melayu, pengaruh acara televisi dan lainnya. “Faktor- faktor itulah yang menyebabkan kualitas penguasaan Al-Qur’an remaja Islam menurun. Maka yang harus kita lakukan yakni mengoptimalkan TPA ini”, papar Evan.

Evan juga menambahkan bahwa, mempelajari Al-Qur’an diwajibkan oleh Allah dan Rasulullah terhadap umat Islam. Selain itu, para ilmuan pun mengakui bahwa mereka banyak mendapat manfaat dari mempelajari Al-Qur’an, contohnya seorang ilmuan kedokteran termashur seluruh dunia yaitu Ibnu Sina atau dikenal dengan Aviecena.”Seorang ilmuan yang bernama Ibnu Sina berkata, ajarilah anak kalian membaca Al-Qur’an terlebih dahulu, sebelum kalian ajari dia ilmu yang lainnya”, pungkasnya. (syah)