Pemanasan global menjadi alasan terjadinya perubahan iklim yang disebabkan oleh produksi gas rumah kaca (GRK) yang notabenenya adalah ulah manusia. Emisi CO₂ Indonesia adalah 800 juta ton atau sepersepuluh emisi CO₂ Amerika Serikat, dan emisi yang berasal dari alih guna lahan adalah 600 juta ton. Dengan memasukkan emisi dari alih guna lahan, pada saat ini Indonesia merupakan negara pada urutan ketiga yang mengeluarkan emisi CO₂ terbanyak dengan jumlah sekitar tiga sampai empat giga ton.
Demikian disampaikan oleh Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, MP Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam Seminar Nasional “Strategi Reduksi dan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Bidang Pertanian” di Kampus Terpadu UMY, Sabtu (29/10).
Gas rumah kaca (GRK) seperti yang diuraikan oleh Gunawan disebabkan oleh akumulasi gas CO₂ yang berasal dari proses pemanfaatan energi dan industri secara siginifikan menyumbang pemanasan global. “Proses ini harus diimbangi dengan meningkatkan transpirasi efektif yang dapat dilakukan vegetasi” urainya.
Gunawan juga menjelaskan bahwa perubahan iklim adalah bersifat global, tidak terkecuali Indonesia juga dihadapkan oleh beberapa pilihan untuk bertindak. “pilihan tersebut terletak antara strategi reduksi dan atau adaptasi, sedangkan proses mitigasi terhadap dampak perubahan iklim lebih banyak didekati dari sudut kebencanaan” jelasnya.
Untuk itu dalam penuturanya Gunawan menyarankan untuk dapat mengaplikasikan strategi-strategi tersebut. “Strategi reduksi yang dapat dilakukan bidang pertanian dalam mengurangi laju pemanasan global dan perubahan iklim sebenarnya dapat dimaulai dari adanya kenyataan bahwa kegiatan pertanian merupakan salah satu penyumbang lepasnya GRK ke atmosfer. Sedangkan strategi adaptasi terhadap perubahan iklim yang dilakukan dalam bidang pertanian dapat mengubah kultur teknis bertani yang selama ini telah berjalan ” urainya.
Sementara dikesempatan yang sama Dekan Fakultas Pertanian Ir. Sarjiyah mengungkapkan kegiatan seminar nasional ini diikuti oleh berbagai peserta yakni para akademisi dan praktisi di bidang pertanian. “Seminar ini bukan hanya diikuti oleh akademisi dari Jogja saja melainkan dari luar Jogja seperti Jawa Timur, Jawa Tengah yang berjumlah sekitar tujuh puluh peserta yang konsen terhadap perubahan iklim dan bidang pertanian” ungkapnya.
Ia berharap hasil dari seminar nasional ini mampu memberikan kontribusi yang positif bagi bidang pertanian di Indonesia. “kami sangat berharap melalui forum ini hasilnya dapat memberikan masukan dan kontribusi positif bagi Kementerian Lingkungan Hidup untuk memperhatikan bidang pertanian di Indonesia” harapnya.