Berita

Pembukaan KRI 2018: Karakter Harus Iringi Kemajuan Teknologi

Penyerahan Piala Bergilir Kontes Robot ABU Indonesia (KRAI) dari Kemenristekdikti kepada UMY selaku tuan rumah penyelenggaraan Kontes Robot Indonesia (KRI) Nasional 2018

Kontes Robot Indonesia (KRI) 2018 yang akan memperlombakan robot dari 91 tim resmi dibuka pada hari Kamis (12/7) di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Acara yang dibuka secara bersama oleh Rektor UMY, Dr. Ir Gunawan Budiyanto, M.P; Ketua Panitia KRI 2018, Sri Atmaja P. Rosyidi, ST., MSc.Eng.; Asisten Keistimewaan Setda DIY, Dr. Ir. Didik Purwadi M. Ec; dan Direktur Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Dr. Didin Wahidin, M.Pd. KRI 2018 ini diharapkan akan menjadi medium untuk mengeksploitasi karya cipta robotika yang sarat teknologi sebagai ajang untuk menunjukkan kemajuan robotika di Indonesia. Ini sekaligus menjadi usaha dalam menjawab tantangan yang muncul seiring dengan masuknya Indonesia dalam revolusi industri yang keempat.

Seiring dengan arus modernisasi di berbagai lini kehidupan, perkembangan teknologi menuntut untuk adanya kemajuan kreatifitas, salah satunya adalah dalam bidang robotika. “Proses pemikiran kreatif ini yang kemudian mendorong mahasiswa untuk berkompetisi dalam KRI 2018. Ini juga yang mendorong para ahli robotika untuk mengembangkan teknologi robot yang dapat mempermudah dan memajukan kehidupan manusia. Selain kompetisi, KRI harus menjadi sarana pembelajaran bagi setiap orang yang terlibat di dalamnya untuk memajukan pendidikan di Indonesia,” ungkap Didik Purwadi yang bertindak sebagai perwakilan dari Gubernur D.I. Yogyakarta.

Didik menyampaikan agar KRI tidak hanya menjadi ajang mencari kemenangan namun juga berlomba untuk memberikan kontribusi positif dalam membangun Indonesia. “Perkembangan robotika di Indonesia sebagai bagian dari kemajuan teknologi juga harus diiringi dengan mendukung aspek lainnya. Seperti aspek sosial dan ekonomi dari masyarakat yang akan menerima kemajuan teknologi ini. Misal bagaimana memberikan pengertian kepada masyarakat bahwa robot tidak akan menggusur kehidupan mereka, namun memberikan peluang baru untuk berkontribusi. Sesuai dengan peranan teknologi yang bertujuan untuk memberikan manfaat dan kebaikan bagi manusia,” ujar Didik.

Hal serupa juga dinyatakan oleh Didin Wahidin yang mengungkapkan agar KRI harus menjadi agenda pengembangan pengetahuan dan pembelajaran, baik untuk teknologi juga karakter. “Mahasiswa harus memiliki karakter mulia yang dapat dijadikan sebagai pedomannya. Karena di balik kemajuan teknologi dan kesuksesan lainnya harus ada karakter berpekerti sebagai nahkodanya, sesuai dengan budaya dan identitas Indonesia yang bertujuan membentuk manusia paripurna berakhlak mulia. KRI ini juga menjadi pembelajaran bagi para pesertanya untuk melakukan komunikasi dan kerjasama baik dengan rekan satu timnya maupun membentuk network dengan tim lainnya,” jelas Didin.

Menurut Didin, karakter yang sesuai dengan identitas Indonesia ini akan membantu mahasiswa untuk memiliki kesadaran global, terlebih untuk pemenang KRI 2018 yang akan menjadi wakil Indonesia dalam ajang kontes robot internasional. “Saya yakin dengan ini mahasiswa Indonesia dapat bersaing dan bahkan memenangi tantangan yang diberikan kepada mereka. Dengan memahami bahwa mereka memiliki potensi dan tidak inferior dengan peserta dari negara lainnya,” imbuhnya.

Didin juga menyampaikan bahwa KRI 2018 merupakan sarana bagi para pesertanya untuk lebih dapat mengapresiasi teknologi, pendidikan, dan kebudayaan. (raditia)