Berita

Pemerintah perlu sosialisasikan Manajemen Bencana

Pemerintah cenderung lebih banyak mengalokasikan dana pada saat sudah terjadi bencana dan setelah terjadi bencana. Padahal dalam manajemen bencana, paling tidak ada tiga hal yang perlu diperhatikan, pra atau sebelum terjadi bencana, ketika terjadi dan pasca atau setelah terjadi bencana. Untuk mencegah banyaknya korban Pemerintah seharusnya sudah ada antisipasi pada saat terjadinya bencana, termasuk harus mensosialisasikan apa yang harus dilakukan masyarakat ketika sudah ada tanda-tanda terjadi bencana.

Pemerintah cenderung lebih banyak mengalokasikan dana pada saat sudah terjadi bencana dan setelah terjadi bencana. Padahal dalam manajemen bencana, paling tidak ada tiga hal yang perlu diperhatikan, pra atau sebelum terjadi bencana, ketika terjadi dan pasca atau setelah terjadi bencana. Untuk mencegah banyaknya korban Pemerintah seharusnya sudah ada antisipasi pada saat terjadinya bencana, termasuk harus mensosialisasikan apa yang harus dilakukan masyarakat ketika sudah ada tanda-tanda terjadi bencana.

Demikian disampaikan Dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr. Eng. Agus Setyo Muntohar, dalam diskusi terbatas ‘Indonesia berada di Kawasan Rawan Bencana ’di Kampus Terpadu UMY Senin (20/12) siang.

Menurutnya, Indonesia berada dalam wilayah cincin api atau ring of fire. Sehingga Indonesia termasuk wilayah yang sering terjadi bencana. Banyaknya gunung berapi yang masih aktif, kemudian banyaknya bukit dimana jika terjadi hujan deras dapat terjadi tanah longsor. Selain itu Indonesia juga tempat bertemunya lempeng pektomik yang menyebabkan terjadinya gempa.

Agus menyampaikan, inilah yang harus dipahami oleh seluruh elemen masyarakat baik pemerintah, masyarakat luas maupun institusi Perguruan Tinggi (PT) bahwa Indonesia terletak pada wilayah yang berpotensi banyak terjadi bencana.”Disebut ring of fire karena adanya gunung api yang masih aktif dan berpotensi untuk meletus. Kemudian hal ini akan menyebabkan munculnya bukit-bukit dimana ketika hujan akan berpotensi longsor. Sedangkan seringnya terjadi gempa karena Indonesia juga dilewati oleh pertemuan lempeng pektomik,”urainya.

Untuk itu ditambahkan Agus masyarakat harus mengetahui dan paham akan hal tersebut. “Disinilah peran pemerintah untuk memberikan perhatian juga tidak hanya ketika sudah terjadi bencana maupun pasca terjadi bencana. Pemerintah harus mensosialisasikan apa yang harus dilakukan masyarakat ketika sudah ada tanda-tanda terjadi bencana. Misalnya jika hujan lebat orang-orang yang tinggal di daerah perbukitan diharapkan menyingkir terlebih dulu, agar jika terjadi longsor tidak terkena dampaknya. Begitu juga ketika gunung akan meletus sehingga korban bencana dapat diminimalisir,”tegasnya.

Sehingga perlu dukungan dari masyarakat serta institusi PT untuk mendukung hal tersebut. Lebih lanjut, Agus mengungkapkan ketika masyarakat tahu bahwa dia tinggal di lokasi yang rawan bencana kemdian disarankan pemerintah setempat untuk mengungsi sementara seharusnya dia segera mengungsi. Pemerintah di sini juga harus tegas dalam memberikan instruksi sehingga masyarakat benar-benar melaksanakan.

“Sedangkan institusi PT, baik dosen maupun mahasiswanya dapat mengaplikasikan ilmunya untuk ikut berperan membantu mencegah banyaknya korban. Misalnya pembuatan sensor untuk mengetahui terjadinya tanah longsor. Terkait gempa bisa dilakukan dengan mensosialisasikan mengapa bisa terjadi gempa, apa yang harus dilakukan ketika gempa, serta menginformasikan mengenai bagaimana membangun struktur rumah yang tahan gempa, dan lainnya. Karena kita tidak bisa selalu menimpakan semua tanggung jawab ke pemerintah,”tegasnya.