Berita

Pemimpin Bangsa Belum Sepenuhnya Pahami Nilai –Nilai Islam


Nilai-nilai Islam, makna haji dan shalat yang sesuai dengan syari’at, belum sepenuhnya dipahami oleh pemimpin atau pemangku amanah negeri ini. Akibatnya, kegiatan-kegiatan yang dinistakan oleh agama, baik itu korupsi, nepotisme, dan sebagainya masih merajalela di Bumi Pertiwi ini.

Demikian disampaikan Sri Atmaja P. Rosyidi, ST., MSc.Eng, Ph.D., PE., saat membuka Kuliah Intensif Al Islam (KIAI) di Unires UMY, Senin (18/3). Kegiatan KIAI yang juga merupakan bagian penting aktivitas perkuliahan di UMY, diselenggarakan oleh Lembaga Pengembangan dan Pengkajian Islam (LPPI) UMY bekerjasama dengan University Residence (Unires).

Menurut Sri, orang-orang yang dipercaya dan diberikan amanah untuk mengelola negeri ini, tidak menjalankan amanah itu dengan baik, sehingga mereka terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dinistakan oleh agama. Untuk itulah Sri menyampaikan bahwa KIAI ini menjadi penting dilaksanakan bagi mahasiswa-mahasiswa UMY. Hal ini sebagai peran serta UMY untuk memberikan kontribusi bagi umat dan bangsa, dalam menyiapkan generasi penerus yang betul-betul unggul dan berkualitas, baik secara moral maupun intelektual.

“Dalam KIAI ini yang kita gali bukan hanya landasan ibadah saja, namun landasan-landasan pengabdian diri kita kepada Allah. Supaya nantinya, kemana pun mahasiswa itu pergi, mereka bisa menjadi generasi penerus bangsa yang bisa merubah umat dan bangsa ini menjadi lebih baik. Umat dan bangsa yang unggul. Umat dan bangsa yang betul-betul bisa dibanggakan,” papar Wakil Rektor III UMY ini.

Ia juga menuturkan, bahwa jika hal tersebut bisa dilakukan, tidak menutup keyakinan jika Indonesia dalam beberapa tahun kedepan menjadi salah satu bangsa yang unggul, bangsa yang akan diperhitungkan, dan dapat bersaing dengan negara lain. Bahkan mungkin, menurut Sri, Indonesia bisa menjadi salah satu bangsa yang memiliki kemajuan ekonomi terbesar di dunia. Hal ini mengingat di tahun 2018 ke depan, Indonesia memiliki penduduk dengan usia produktif atau usia kerja terbanyak di dunia.

Indonesia juga menjadi refleksi dari umat Islam, karena Indonesia memiliki umat Islam yang terbesar di dunia. Artinya, kalau Indonesia buruk, maka yang terkena imbasnya bukan bangsa Indonesia saja, tapi juga umat Islam. “ Ini karena kita mayoritas. Untuk itulah kalau kita membangun bangsa dan negara kita ini, maka secara tidak langsung kita juga telah mengangkat harkat dan martabat umat Islam. Itulah yang kita coba lakukan,” pungkasnya.