Tim MAPALA UMY yang terdiri dari Singgih Alnin Muttaqin, Akhmad Rasyid Gandi, M. Fauzan, Saigunsi Bonita Arimi, dan Suwarjono Lempo, sudah kembali menginjakkan kaki di Yogyakarta. Ekspedisinya ke Gunung Elbrus Rusia selama 3 minggu sudah usai, dan mereka pun berniat akan membukukan hasil ekspedisinya tersebut. Kedatangan mereka pun disambut langsung oleh Rektor UMY, Prof. Dr. Bambang Cipto, MA. Selain itu, hadir pula perwakilan dari Pemerintah Provinsi DIY yang diwakili oleh GBPH H. Prabukusumo, S.Psi, serta ketua dan wakil ketua Badan Pembina Harian UMY, H. Rosyad Sholeh dan Ir. Dasron Hamid.
Dalam penyambutannya pada Kamis (19/6), Rektor UMY mengutarakan terima kasihnya atas dukungan semua pihak yang turut menyukseskan ekspedisi tim MAPALA UMY ke puncak Elbrus-Rusia. “Pertama, terima kasih kepada semua pihak yang sudah ikut mendukung. Khususnya kepada Gubernur dan Wakil Gubernur DIY yang kemarin telah melepas keberangkatan tim MAPALA ke Elbrus,” ungkapnya.
Prof. Bambang juga berpesan pada semua tim MAPALA UMY baik yang sudah menjalakan ekspedisinya maupun yang tidak ikut mendaki, untuk tetap terus berusaha dan bekerja keras untuk meraih impiannya. Tidak hanya di bidang akademik saja menurutnya yang perlu usaha keras untuk menjalaninya, tapi juga di bidang-bidang lain non-akademik yang bisa menunjang keterampilan dan kreativitas mahasiswa. “Semuanya harus tetap berusaha keras dan sungguh-sungguh dalam bekerja. Sebab dengan bersungguh-sungguh, hasil yang kita inginkan akan tercapai dengan maksimal. Teruslah bekerja keras selama menempuh studi di UMY ini, sekalipun itu menjadi anggota MAPALA,” ujarnya.
Di sisi lain, Suwarjono Lempo, selaku koordinator tim ekspedisi mengatakan waktu yang dibutuhkan untuk mendaki ke puncak Gunung Elbrus itu selama 10 hari. Kemudian untuk 2 minggu berikutnya digunakan untuk melakukan eksplorasi dan kajian mengenai sejarah, sosial, dan kebudayaan penduduk muslim di daerah Terskol di kaki Gunung Elbrus. “Jadi total 3 minggu kami di sana. Dua hari pertama kami mencari data di Moscow mengenai penduduk muslim di Rusia, khususnya di Terskol. Hari berikutnya, hingga 10 hari ke depannya, kami melakukan ekspedisi kami ke puncak Elbrus. Setelah itu, setelah kami turun dari Gunung Elbrus, kami melakukan penelitian mengenai penduduk muslim di Terskol,” jelasnya.
Sementara itu, menurut Suwarjono, waktu yang dibutuhkan untuk menuju puncak Elbrus itu selama 15 jam. Setelah 4 hari sebelumnya, dalam pendakian tersebut mereka melakukan aklitimasi untuk menyesuaikan diri dengan cuaca dan suhu Elbrus. “Proses pendakiannya memang 10 hari. Selama 3 sampai 4 hari kami melakukan aklitimasi untuk adaptasi dan pemulihan kondisi fisik sebelum melanjutkan pendakian ke puncak. Baru setelah aklitimasi itu kami mulai mendaki ke puncak Elbrus, dan itu memakan waktu 15 jam,” ungkapnya. Suwarjono dan keempat temannya tiba di puncak Gunung Elbrus di ketinggian 5642 mdpl pada tanggal 10 Juni 2014 pukul 15.40 wib atau 12.40 waktu Moscow. Puncak Elbrus ini merupakan puncak gunung tertinggi di Eropa, yang juga menjadi salah satu puncak mematikan. Sebab suhunya yang mencapai minus 30 derajat celcius, dan hampir setiap tahunnya rata-rata ada 30 orang meninggal saat melakukan pendakian.
Suwarjono melanjutkan, saat mereka melakukan pendakian dan tiba di ketinggian 5000 mdpl, suhu udara Elbrus sudah mencapai minus 30 derajat celcius. Sehingga mereka diharuskan untuk tetap menjaga stamina sampai bisa tiba di puncak Elbrus. “Suhu Elbrus memang sangat ekstrim. Tapi kami beruntung, karena saat tiba di puncak, kami bisa terhindar dari jam-jam kritis saat suhu tiba-tiba berubah dengan sangat cepat,” ujarnya. (Sakinah)
Jam-jam kritis itu, imbuh alumni Fakultas Ekonomi UMY ini lagi, biasanya terjadi di atas jam 12 waktu Moscow. Namun saat mereka di puncak, jam-jam kritis itu belum terjadi, sehingga mereka bisa lebih lega dan mendapat keberuntungan saat di puncak. Akan tetapi, mereka juga tidak bisa berlama-lama di puncak. “Karena kami khawatir kalau tiba-tiba cuacanya berubah lagi. Jadi kami berhenti di puncak hanya 40 menit. Seharusnya hanya boleh 10 menit saja, tapi karena kami membawa misi untuk melakukan Kampanye Anti Narkoba, “Pemakaian Baju Batik Tertinggi” untuk memecahkan rekor, mengibarkan Bendera Merah Putih, Bendera UMY, Bendera MAPALA dan Sponsor-sponsor yang sudah membantu kami, jadi waktu yang kami habiskan di puncak selama 40 menit itu,” imbuhnya.
Adapun hasil ekspedisi tim MAPALA UMY ke Elbrus itu nantinya akan dibukukan. Baik itu berupa buku panduan mengenai “manajemen perjalanan pendakian gunung es”, yang diperuntukkan bagi generasi selanjutnya yang akan melakukan pendakian gunung es, juga buku berupa hasil eksplorasi sosial dan budaya penduduk muslim di daerah Terskol yang berada di kaki Gunung Elbrus, yang juga merupakan salah satu jalur pintu masuk ajaran Islam ke kawasan Rusia.