Berita

Pemuda Indonesia Harus Jadi Agen Perubahan Yang Berkelanjutan

Pemuda sebagai agen perubahan bangsa diharapkan ikut serta dalam menjaga persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia, seperti yang tertera dalam sila ketiga Pancasila yaitu ‘Persatuan Indonesia’. Apalagi saat ini perkembangan dinamika politik Indonesia pasca Pemilu Serentak 2019 begitu rentan akan perpecahan. Untuk menyikapi hal tersebut, mahasiswa konsentrasi Public Relations dan Advertising 2016 Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menggelar event bertajuk Youthnity (Young & Unity) dengan skema talkshow untuk memberikan edukasi dan menanamkan semangat persatuan para mahasiswa dan pemuda di Yogyakarta.

Tariq Hidayat, penggagas komunitas Bantul Bergerak, selaku narasumber mengatakan bahwa perdebatan dan perbedaan pendapat menjadi problematika yang sedang dialami warga Indonesia saat ini pasca Pemilu 2019. Terlebih berbicara dalam konteks pemilihan Presiden, ada dua paslon yang berkontestasi dalam hajatan pemilu kali ini. Hal itu membuat Indonesia seakan terbagi dalam dua kubu berseberangan, dan ini cukup mengancam persatuan yang sudah terjalin selama kurang lebih 74 tahun sejak merdeka 17 Agustus 1945.

“Sementara, media sosial menjadi alternatif media dalam menyampaikan pendapat atau menunjukkan sikap dukungan kepada salah satu pasangan calon. Kaum Milenial yang disematkan kepada para pemuda, memiliki akses yang begitu luas dalam memanfaatkan teknologi informasi tersebut. Pemuda sebagai agen perubahan seharusnya memanfaatkan media itu sebagai pemersatu, bukan lagi ikut menyebarkan berita perpecahan,” tegasnya.

Tariq juga mengajak audiens yang kebanyakan mahasiswa, untuk bisa menjadi agen perubahan yang berkelanjutan. “Pemuda adalah agen dari perubahan. Jaman saat ini membuat kita menjadi alergi akan perbedaan dengan adanya Pemilu 2019, padahal Indonesia adalah negara oleh semua untuk semua,” tutur Tariq dalam talkshow Youthnity yang bertempat di Go-Food Festival Kampung Tugu, Jalan A.M Sangaji No.9, Yogyakarta, Senin (20/5).

“Kemudian, berhubung hari ini 20 Mei adalah hari kebangkitan Nasional kita harus berkaca pada sejarah bahwa dulu pemuda sudah memiliki peran besar dalam menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Kita harus menjadi pemuda berpendidikan yang menyatukan bangsa bukan lagi ikut memanaskan atmosfer pemilu yang tidak akan ada habisnya,” imbuhnya.

Pada hakekatnya, apabila kita tidak bisa menjadi agen perubahan dan pemersatu bangsa maka akan menjadi dosa sejarah untuk para pemuda yang telah berjuang segenap jiwa raga demi melihat Indonesia utuh dan merdeka. “Pemuda itu jiwanya masih murni, kita harus memandang politik sebagai sarana menciptakan kesejahteraan. Apalagi kita pemuda yang berpendidikan, harusnya berpikir ilmiah karena tujuan dasar kita menuntut ilmu adalah menemukan kebenaran. Jadi sebagai pelajar yang baik adalah dengan membela kebenaran. Karena yang meracuni masyarakat saat ini adalah berita hoaks, maka kita harus berani menangkal hoaks, caranya dengan banyak membaca berita kredibel dan jangan sungkan untuk memberikan pengertian kepada orang lain tentang berita yang benar,” pungkasnya. (Hbb)