Pemuda muslim saat ini harus menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup yang tidak bisa dilepaskan. Jika Al Qur’an dipahami dengan benar, akan memberikan pembekalan di era kompetitif seperti saat ini. Pernyataan tersebut seperti yang dikatakan oleh seorang sastrawan, penyair, sekaligus dai Indonesia, Habiburrahman El-Shirazy., Lc. Ph.D., atau biasa dipanggil Kang Abik saat menyampaikan Seminar Nasional yang bertajuk “Generasi Muslim di Era Kompetitif,” Sabtu (10/12) di AR Fachruddin B lantai 5 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
“Problem kita saat ini adalah problem peradaban. Menurut Syeikh Al Ghazali, problem kita lebih tepatnya yaitu kita tidak memahami bagaimana berinteraksi dengan Al Qur’an yang benar. Padahal Al Qur’an merupakan obat termasuk obat penyakit peradaban manusia, sehingga akan mudah dalam mengatur hidup, dan lebih sejahtera dalam hidupnya. Di samping itu perlu kekuatan doa dan kedekatan kepada Allah yang harus kita miliki,” ungkap penulis best seller Ayat-ayat cinta tersebut.
Dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Agama Islam (BEM FAI) UMY tersebut, Kang Abik kembali menyampaikan bahwa terdapat dua hukum penting yang menjadi peraturan bagi setiap manusia untuk menjadi pemenang dalam kompetisi. Diantaranya yaitu Al Ahkam As Syariah (Hukum-hukum syariah) serta Al Ahkam Al Qaumiyyah (Hukum-hukum Alam). “Hukum- hukum syariah diturunkan untuk kemaslahatan umat manusia, serta untuk kebahagiaan hidup di dunia. Selanjutnya hukum-hukum alam yang ditetapkan oleh Allah agar tidak memihak siapa pun. Baik itu agama, ras, dan sebagainya. Di sinilah letak kompetisi yang harus difahami pada peradaban saat ini. Muslim yang baik adalah yang mampu memahami dua hukum ini,” jelasnya.
Kang Abik melanjutkan selain kedekatan dalam memahami Al Qur’an, diperlukan pula belajar dari pengalaman orang lain. Pengalaman yang terpenting sebagai contoh dalam menyelesaikan persoalan peradaban manusia saat ini yaitu dengan mencontoh pengalaman Rasulullah. “Jika umat Islam faham sirah Rasul, maka tantangan umat Islam akan terjawab hingga akhir zaman. Kalau kata motivator sekarang pemimpin sejati adalah yang mampu menginspirasi dan melahirkan pemimpin besar, maka Rasulullah lah pemimpin sejati. Artinya kondisi dahsyat pada zaman itu, segala spirit yang dipahami Rasulullah inilah yang harus dipahami oleh kita,” tegasnya.
Dalam penyampaian Kang Abik tersebut senada dengan yang disampaikan oleh Motivator sekaligus Dosen Kepala Bagian Humas STIMIK AMIKOM Yogyakarta, Erik Hadi Saputra, S. Kom., M.Eng. “Di era kompetitif ini kita harus punya pandangan dan belajar dari yang memiliki pengalaman. Sehingga akan mengalir hal-hal positif dan memberikan motivasi dalam mendesain kegiatan harian. Selain itu diperlukan juga mengenali diri untuk melihat kelemahan pada diri sendiri dan memperbaiki kelemahan tersebut, bukan hanya menciptakan materi, namun juga kebahagiaan,” ujar Erik. (hv)