Penasihat Syeikh Al-Azhar, Prof. Dr. Nahla Shabri Al-Sha’idy mengajak seluruh umat Islam, khususnya perempuan untuk meneladani istri-istri Rasululllah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia meyakinkan bahwa dengan menjadi perempuan shalihah, maka akan terlahir generasi yang shalih dan shalihah, sejalan dengan tuntunan Rasulullah SAW. bahkan menurutnya, laki-laki shalih juga akan lahir dari perempuan yang shalihah.
Hal tersebut ia sampaikan dalam acara Al-Nadwah Al-Arabiyyah 10 yang diadakan oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) melalui Zoom Meeting pada Kamis malam (16/11). Sejarah mencatat, Rasulullah SAW menikah dengan 11 perempuan. Dua orang diantara mereka meninggal di masa Rasulullah SAW masih hidup, sisanya (sembilan orang) ditinggal wafat oleh Rasulullah SAW.
Dalam pemaparannya Nahla mengatakan bahwa poligami yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW bukan semata-mata karena syahwat sebagaimana ditudingkan orang-orang kafir, namun ada hikmah syariah di baliknya.
“Poligami yang dilakukan oleh Rosulullah bukan semata-mata karena syahwat sebagaimana ditudingkan orang-orang kafir, tapi karena memang ada hikmah syariah/ maqashid syariah di baliknya,” ungkap Nahla.
Istri-istri Rasulullah, lanjut Nahla, memiliki keistimewaan atau posisi khusus dengan perannya masing-masing. Menurutnya, setiap istri Rasulullah mengambil peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi bagi kehidupan dan dakwah Rasulullah.
“Seperti Siti Khadijah, luar biasa, ia tajir dan mensupport Nabi dari awal sampai akhir. Lalu ada Aisyah, satu-satunya istri Nabi yang masih gadis yang banyak meriwayatkan hadist dan seterusnya. Kemudian ada Saudah yang mengajarkan mengalah untuk orang lain, ada Zainab terkenal sebagai Ummul masakin dan seterusnya sampai Juwairiah, Ramlah, Shafiyah, Maemunah. Semuanya memiliki peran penting,” imbuhnya.
Oleh karena itu, disebutlah istri-istri Nabi tersebut sebagai ummahat almukminin karena memberikan tarbiyah. Lebih dari itu, peran pentingnya bukan hanya dari sisi tarbiyah tapi juga berkiprah di bidang politik, sosial, ekonomi, dan lain sebagainya. Sehingga, Nahla mendorong agar para perempuan dapat mengambil pelajaran dari ummahat almukminin untuk terciptanya generasi Islami yang dapat meneruskan ajaran Nabi Muhammad SAW.
“Kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW, khususnya perempuan harus mengambil ibrah dari apa yang telah dilakukan oleh ummahat almukminin sehingga kita bisa mencetak generasi islami meneruskan ajaran nabi. Karena melalui ummahat almukminin inilah ajaran-ajaran nabi bisa sampai kepada kita hari ini,” terangnya.
Lebih lanjut, Nahla juga menyampaikan bahwa Islam selalu mengajarkan persamaan dan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki. Ia menegaskan bahwa Ummahat Almukminin tidak hanya bisa menjadi guru bagi perempuan, tetapi juga dapat menjadi teladan bagi laki-laki.
“Begitu juga ketika meriwatkan hadist, hadist itu diriwayatkan oleh banyak sekali ummahat almukninin. Artinya, kesetaraan peran antara laki-laki dan perempuan sangat diajarkan dalam Islam dan itu tercermin melalui ummahat almukminin,” pungkasnya. (Mut)