Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis merupakan penyakit gula yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal akibat tubuh kekurangan insulin. Diabetes Melitus menyebabkan penderita rentan terhadap infeksi, seperti infeksi saluran kencing, infeksi paru serta infeksi kaki. Selain menyebabkan infeksi ternyata Diabetes Melitus bisa menyebab kelainan yang terjadi pada pembuluh darah retina dan bisa berakhir dengan kebutaan bagi penderitanya. Retinopati Diabetik, begitu kebutaan akibat DM ini dalam bahasa kedokteran. Retinopati Diabetik ini terjadi pada 60% penderita diabetes atau diabetisi yang berumur diatas 15 tahun.
Demikian diungkapkan oleh spesialis mata di RS PKU Bantul sekaligus dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UMY, dr. Yunani Setyandrian, SPM dalam Seminar Ilmiah Penanganan Diabetes Melitus dan Komplikasi Mata yang diselenggarakan oleh Asri Medical Center (AMC) UMY, Sabtu (29/5).
Retinopati Diabetik muncul karena adanya kebocoran atau sumbatan pembuluh darah halus di retina serta dapat menyebabkan pembentukan pembuluh darah yang rapuh. “Namun pembuluh darah rapuh ini sebenarnya bisa di cegah dengan suntikan anti VEGF ke dalam bola mata,”ungkap dokter Menurut Yunani.
Retinopati Diabetik pada stadium awal biasanya tidak bergejala sehingga sering sekali penderita tidak menyadari. “Sebenarnya kebutaan akibat Retinopati Diabetik ini bisa di cegah melalui Fotokoagulasi laser yang tepat waktu. Namun pada kenyataannya, sebagian penderita sering datang terlambat waktu, hingga kebutaan kadang tidak bisa dihindarkan lagi. Oleh karena itu para penderita diabetis melitus baiknya memeriksakan matanya lebih awal,”ungkap Yunani.
Terkait dengan penyakit diabetes melitus pada tahun 2000 jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia mencapai 8,4 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2030 akan mencapai 21,3 juta jiwa. Peningkatan terus terjadi, 14,7 % di perkotaan dan 7,2% di pedesaan. Ini menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan jumlah penderita diabetes di Indonesia yang kebayakan disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat.
Sementara itu, dr. Luthfan Budi Purnomo, SpPD, KEMD dari RSUP Dr. Sardjito yang juga menjadi pembicara dalam seminar ilmiah tersebut mengatakan bahwa banyak masyarakat yang beranggapan bahwa pengobatan diabetes melitus hanya dengan obat dan penggunaan insulin.
“Padahal hal utama yang perlu diupayakan bagi masyarakat khususnya penderita diabetes adalah pentingnya untuk mengubah gaya hidupnya,” tegasnya. Penderita diabetes atau pun orang sehat harus mengatur pola makannya dimana harus tepat jumlah kalori, jenis makanan, dan jadwal makannya. “Jika jumlah kalori sudah tepat jangan lupa jenis makanannya, jangan makan gorengan, dan harus disiplin makan tiga kali,”urainya.
Selain pengaturan makan, olahraga adalah hal yang penting. Olahraga tidak harus berat namun harus teratur dan berkala. Kemudian, pengobatan terakhir baru menggunakan obat-obatan seperti insulin. “Jadi jangan obat-obat mula tapi perilaku pasien juga harus di rubah,”tandasnya.