Berita

Pendidikan Keperawatan Masih Perlu Pembenahan

IMG_8915Permasalahan yang muncul dalam pendidikan keperawatan, mulai menjadi perhatian di Indonesia. Apalagi dengan berubahnya sistem pendidikan nasional yang telah mengubah pola pendidikan Sarjana Keperawatan (S.Kep) ke tahap Profesional (Ners). Permasalahan-permasalahan yang ada terkait pendidikan keperawatan seperti kurangnya tempat, kurangnya dosen dari segi kualitas dan kuantitas, kurangnya pengalaman yang berkualitas dari siswa klinik, serta masih kurangnya lulusan yang memiliki kinerja profesional, menjadi tantangan baru bagi para civitas akademik di bidang keperawatan untuk bersama-sama mengatasi dan membenahinya. ​

Karena itulah, untuk bersama-sama menghadapi dan menyelesaikan permasalahan tersebut, Program Studi Magister Keperawatan (M.Kep) Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mencoba bekerjasama dan berkolaborasi dengan Khon Kaen University (KKU), Thailand. Kerjasama yang diawali dengan penyelenggaraan Guidline Event International Nursing Student Forum & Tour ini dilaksanakan pada Sabtu (3/3), di Gedung Pascasarjana Kampus Terpadu UMY.

Dalam kunjungan dan seminar yang dilakukan selama sehari itu, Siti Khalifah S.Kep., NS, selaku pembica dalam seminar tersebut mengatakan, masalah yang muncul dalam bidang pendidikan keperawatan saat ini juga terkait dengan manajemen dan kepemimpinan, kualitas pemberian asuransi, pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar, penilaian, keterampilan laboratorium, teknologi dalam dunia keperawatan, serta sumber daya manusia. Di samping itu juga adanya perubahan pada pola pendidikan sarjana keperawatan (S.Kep) ke tahap profesional. Pada satu sisi, perubahan tersebut memang menguntungkan, namun di sisi lain juga menimbulkan masalah.

“Dalam Undang-undang no.20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional, telah mengubah pola pendidikan sarjana kepewarwatan (S.Kep) ke tahap professional (Ners). Keuntungan dari adanya kebijakan ini, para sarjana dapat memperoleh lisensi dalam melakukan praktek keperawatannya. Namun di sisi lain, banyak masalah yang timbul dari lembaga, sarjana, dan stake holder. Banyaknya mitra serta kurikulum yang digunakan bermacam-macam dapat mempengaruhi biaya operasional. Selain itu kurangnya dedikasi sarjana dalam penelitian di masyarakat, karena banyaknya sarjana yang fokus dibidang pendidikannya saja. Dari sini juga dapat dibuktikan bahwa sebenarnya, komitmen dan tanggung jawab dalam lembaga pendidikan keperawatan sendiri juga masih lemah,“ paparnya.

Karena itu menurut Siti, untuk menghadapi permasalahan-permasalahn tersebut dan demi menghasilkan lulusan yang professional, ada banyak usaha yang harus dilakukan. Dan setidaknya, ada dua cara menurut Siti yang harus dilakukan pertama kali, baik itu bagi institusi maupun mahasiswa keperawatannya sendiri. “Pertama, melakukan peningkatan pada aspek kualitas, standarisasi kurikulum, proses belajar, meningkatkan kualitas dan kuantitas dosen, menambah jumlah perawat laboratorium, dan meningaktakn penelitian di masyarakat. Kedua, dengan meningkatkan kelompok lokakarya untuk perawat hal ini guna menciptakan lulusan perawat yang professional,” ungkapnya.

Sementara itu, Doni Setyawan, S.Kep., NS, selaku Ketua panitia acara mengatakan, kegiatan ini juga guna meningkatkan hubungan kerja sama antara UMY dengan KKU. Bukan hanya S1 saja yang disasar KKU untuk menjalin kerja sama, namun S2 dan S3 juga menjadi sasaran untuk menjalin kerja sama. Seperti halnya Megister Keperawatan UMY yang menjalin kerja sama juga dengan KKU. Setiap tahunnya, Megister Keperawatan selalu melakukan student exchange baik dari UMY ke KKU maupun sebaliknya. Selain melakukan sharing terkait dengan isu pendidikan keperawatan, kegiatan ini juga untuk mengenalkan mahasiswa terkait dengan program student exchange dari kedua universitas tersebut. “Kegiatan ini rutin kita lakukan, sebab kegiatan ini bisa memberikan informasi kepada mahasiswa Megister Keperawatan dengan isu kesehatan yang ada di beberapa negara, “ paparnya.

Adapun dalam kegiatan student exchange tersebut, nantinya juga akan banyak hal yang dibahas, misalnya terkait dengan kurikulum, perjalanan, dan belajar tentang isu kesehatan yang ada di Negara Thailand. Mahasiswa yang melakukan student exchange tersebut juga akan belajar di KKU selama 1 bulan. Selain program student exchange KKU juga membuka pintu lebar-lebar bagi mahasiswa UMY yang ingin melanjutkan studinya di sana, seperti pemberian beasiswa untuk mahasiswa S3. “Tentu dengan peluang yang besar tersebut, kita tidak akan menyianyiakannya. Sebab sebelumnya salah satu dosen kami telah berhasil melanjutkan studi doktornya di KKU karena memperoleh beasiswa yang ditawarkan oleh KKU tersebut, “ jelas Doni.

Doni pun berharap kegiatan ini seperti ini akan terus berlanjut, untuk memberi kesempatan bagi mahasiswa M.Kep agar bisa marasakan atmosfir belajar di luar negeri khususnya di KKU. “Selain itu hal ini bisa menambah wawasan kita untuk belajar terkait dengan isu pendidikan keperawatan. Bukan hanya belajar tentang keperawatan di Negara Thailand saja, tetapi M.Kep ini juga di negara China dan Taiwan, karena kami juga menjalin kerja sama dengan China dan Taiwan,” tutupnya.