Berita

Pendidikan SDM, Kunci Indonesia Hadapi MEA

IMG_9896Indonesia di penghujung tahun 2015 ini akan menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Berbagai seminar dan kajian pun digelar untuk menghadapinya. Pendidikan, merupakan kekuatan yang luar biasa dan memiliki akses terhadap keseluruhan aspek kehidupan, memberi energi juga memiliki nilai sangat berharga untuk pegangan hidup umat manusia. Dan kembali, pendidikan terhadap Sumber Daya Manusia merupakan kunci penting untuk menghadapi MEA 2015.

Demikian disampaikan Prof. A. Malik Fajar dalam Pidato Milad Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ke-34, di Hall Masjid UMY pada Senin (8/6) 2015. Rangkaian kegiatan Milad UMY yang digelar sejak Februari hingga Juni 2015 telah menggelar berbagai seminar yang bertemakan tentang bagaimana institusi pendidikan, khususnya UMY menghadapi MEA. Adapun tema Pidato Milad kali ini adalah “Penguatan Sumber Daya Manusia dalam Masyarakat Ekonomi Asean 2015”.

Menurut Prof. Malik Fajar, MEA tidak lain merupakan persaingan orang, bukan barang. Sebagaimana halnya yang dikatakan oleh Hermawan Kartajaya. Menurutnya, Indonesia saat ini dengan jumlah penduduk kurang lebih 250 jiwa dan bonus demografi Usia produktif, akan menjadi pasar dan incaran sembilan negara anggota ASEAN. “Hal tersebut yang harusnya menjadi perhatian kita bersama. Hal inilah yang harus menjadi fokus dunia pendidikan, khususnya Perguruan Tinggi Muhammadiyah untuk mendahadapi MEA ini, melalui pendidikan Sumber Daya Manusia,” ujarnya.

Anggota Dewan Pertimbangan Presiden era Jokowi-JK ini juga mengatakan, sebenarnya tema yang diusung pada milad UMY ke-34 saat ini, bukan sekadar isu yang bernada “kelatahan”. Tetapi karena memang Indonesia ini sudah tidak bisa mengelak lagi dari persaingan MEA, yang akan mulai berjalan pada akhir tahun ini. “Dunia ini semakin terbuka dan bersaing untuk memposisikan diri agar berada di urutan terdepan, dalam menghasilkan karya-karya unggulan dan merebut setiap kesempatan serta peluang yang terbuka di pasar kerja, pasar untuk berbagai jenis produk, jasa dan teknologi telah menjadi kenyataan yang tak terelakkan. Persaingan bukan lagi sebatas dunia bisnis, investasi, industri dan ekonomi, melainkan juga di bidang pendidikan, kesenian dan kebudayaan,” jelasnya.

Untuk itulah, mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini kembali menegaskan, bahwa agar tetap eksis dan bertahan di tengah-tengah kehidupan yang kompetitif itu, diperlukan SDM dalam jumlah besar yang memiliki keunggulan kompetitif. “Seperti dikatakan Philip Katter, untuk memasuki dan “memenangkan” persaingan itu perlu SDM dalam jumlah besar yang memiliki kemampuan prima dalam menggunakan “intangible assets”, yaitu pengetahuan (knowladge), kompetensi belajar (learning competence), dan jaringan (networking). Di sinilah letak permasalahan sekaligus tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan, terutama pendidikan Muhammadiyah, termasuk UMY yang kini memasuki perjalanan yang ke-34 tahun,” paparnya.

Prof. Malik Fajar menambahkan, pendiri muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan, jauh sebelum Indonesia merdekan, berpandangan bahwa pendidikan merupakan nilai yang paling berharga untuk pegangan hidup di masa yang akan datang. Kaitannya dengan MEA ini, Prof. Malik Fajar, menyarankan agar dunia pendidikan, khususnya Perguruan Tinggi Muhammadiyah terus berupaya dalam mencerdaskan bangsa melalui Al-Islam dan Nilai-nilai kemuhammadiyahan.

Sementara itu, Prof. Bambang Cipto, MA, Rektor UMY dalam sambutan laporan tahunan Rektor menyampaikan, Milad UMY ke-34 yang mengusung tema Dengan Mutu Sumber Daya Manusia yang Tinggi, UMY Siap Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, merupakan bentuk refleksi bagi civitas akademika UMY atas kesiapannya memasuki era keterbukaan dalam interaksi ekonomi diantara negara-negara Asia Tenggara. “Jawaban atas persoalan ini adalah dengan melakukan upaya progresif melalui penyiapan, penguatan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang cerdas, berakhlak mulia dan mampu bekerjasama dengan pihak lain. Oleh karena itu, kesanggupan civitas akademika UMY dalam memasuki gerbang kompetisi sosial-ekonomi di kawasan ASEAN dapat diukur dari produktivitas dan kreativitas SDM yang dimiliki,” jelasnya. (hasbi)