Rhoma Irama yang digadang-gadang menjadi Calon Presiden oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dianggap hanya sebagai pendongkrak suara oleh beberapa pengamat politik. Bahkan PKB juga dirasa perlu melakukan kalkulasi atau perhitungan untung dan ruginya mengusung Capres Rhoma Irama.
Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Tunjung Sulaksono, S.IP., M.Si., mengatakan bahwa PKB perlu melakukan kalkulasi tersebut. Tujuannya untuk mengetahui bagaimana keuntungan dan kerugian partai, jika mengusung Rhoma Irama sebagai Capres. “Perjuangan partai politik itu panjang. Bahkan kalau bisa parpol harus hidup selama-lamanya, sehingga partai harus berpikir panjang. Namun bukan hanya kekuasaan saja yang dipikirkan, tapi juga tanggungjawab untuk menyediakan calon-calon pemimpin yang bisa membawa arah perubahan yang lebih baik untuk Indonesia,” ungkapnya.
Tunjung juga mengatakan bahwa kita juga perlu mengetahui alasan sebenarnya mengapa PKB mengusung Rhoma Irama sebagai Capres. Sebab menurutnya, jika hanya dilihat pada segi popularitasnya, Rhoma memang dikenal banyak orang. “Namun bagaimana dengan elektabilitasnya, pengalamannya politiknya, kapasitasnya, pengalaman di bidang pemerintahan, atau pantas tidaknya ia menjadi seorang pemimpin. Karena yang dipilih oleh masyarakat nantinya itu adalah presiden orang se-Indonesia raya,” ujarnya, saat ditemui di laboratorium Ilmu Pemerintahan, Kampus Terpadu UMY, Selasa (17/12).
Dosen Ilmu Pemerintahan UMY ini juga berpendapat, jika sebuah partai itu hanya mencalonkan presiden dilihat dari segi popularitasnya saja, maka hal itu tidak linear dengan elektabilitas. “Karena keterkenalan seseorang itu, tidak berbanding lurus dengan keterpilihan seseorang. Itu yang namanya elektabilitas,” tuturnya.
Sementara itu, menurut Tunjung yang juga menjadi dosen Magister Ilmu Pemerintahan program Pascasarjana UMY ini, masyarakat sekarang juga semakin kritis dalam memilih. “Mungkin bagi fans beratnya Rhoma, mereka akan memilih PKB karena Rhoma ada di partai itu. Tapi, tetap saja yang akan menentukan itu ya nanti setelah pemilihan legislatif. Karena masyarakat juga pasti akan melihat track record dari Rhoma sendiri. Kalau PKB mendapatkan suara sampai batas minimal 20 persen suara, maka Rhoma bisa aman dan bisa terus berlanjut pada pemilihan presiden. Tapi kalau suaranya jeblok, maka itu perjuangan berat bagi PKB,” paparnya.
Karena itu menurutnya, PKB juga perlu berpikir ulang mengusung Rhoma sebagai capres. Sebab PKB, menurut Tunjung, masih memiliki kandidat dan kader yang bisa diusung, jika mereka mau ‘memoles’ kader itu dengan baik. “PKB masih bisa memunculkan calon dari kadernya sendiri yang sejak awal ikut membangun partai. Namun, jika PKB sampai mengusung calon selain dari kadernya sendiri, bisa jadi hal ini menunjukkan bahwa PKB kekurangan kader,” pungkasnya. (sakinah)