Berita

Penghapusan Jurusan SMA, Pakar UMY Sebut Tak Berpengaruh Untuk Perguruan Tinggi

Sejak hari Kamis (18/7) lalu, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) mengumumkan akan menghapus jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial dan Bahasa pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Kebijakan tersebut pun menuai banyak pro dan kontra di masyarakat.

Menurut Endro Dwi Hatmanto, S.Pd., M.A., Ph.D. Pakar Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), penghapusan jurusan SMA tidak berpengaruh untuk perguruan tinggi. Peserta didik akan dapat melihat potensi mereka baik ilmu sains atau sosial.

“Penghapusan jurusan di SMA menurut saya tidak ada pengaruh untuk perguruan tinggi, karena perguruan tinggi memang memiliki jurusan-jurusan sesuai bidang. Jadi nanti anak-anak yang akan memilih perguruan tinggi tentunya melihat potensi mereka itu lebih masuk ke potensi jurusan yang berbasis sains atau sosial. Mereka sudah akan memilih dengan minat mereka masing-masing,” tutur Endro saat ditemui pada Selasa (23/7).

Endro juga menjelaskan terdapat keuntungan jika penjurusan di SMA dihapuskan yaitu mengurangi pandangan buruk bahwa jurusan IPA berisi siswa-siswi yang lebih pintar dari jurusan IPS dan tidak ada lagi siswa yang merasa lebih unggul. Penghapusan tersebut juga akan memancing siswa/I agar tetap berkeinginan mengambil jurusan sesuai minat.

“Keuntungan dari penghapusan ini, mungkin juga bisa mengurangi stigma negatif jurusan. Seperti jaman dahulu ada semacam stigma atau stereotipe bahwa siswa yang mengambil jurusan IPA itu lebih pintar daripada anak-anak yang mengambil jurusan IPS. Jadi seolah-olah jurusan IPA itu lebih prestisius dari pada jurusan IPS,” ujar Dosen Fakultas Pendidikan Bahasa (FPB) UMY ini. lagi.

Keuntungan lainnya menurut Endro adalah dengan tidak adanya penjurusan seperti itu, akan memantik motivasi peserta didik untuk lebih giat lagi dalam memperdalam ilmunya.

“Katakanlah misalnya anak-anak seharusnya mengambil jurusan IPS dengan stereotipe tadi tidak termotivasi untuk belajar. Dengan adanya pemerataan dan persamaan antara siswa-siswa ini akan menjadikan mereka lebih termotivasi untuk belajar,” jelas Endro.

Keuntungan lain yang Endro sampaikan adalah akan memberikan persiapan yang cukup untuk siswa/I menuju perguruan tinggi, karena persiapan ini lebih merata sehingga peserta didik dapat memilih jurusan yang sesuai di perguruan tinggi yang diinginkan.

“Akan memberikan persiapan yang lebih baik untuk pendidikan tinggi. Artinya dengan kesempatan yang lebih baik, baik anak-anak yang nantinya akan memilih jurusan IPA maupun IPS di perguruan tinggi sama-sama dipersiapkan lebih baik dan merata serta memiliki kesempatan yang sama untuk nantinya dapat memilih jurusan yang terkait dengan ilmu-ilmu berbasis sains atau sosial,” kata Endro.

Di samping keuntungan yang Endro sebutkan, ada pula dampak dari penghapusan jurusan di jenjang SMA ini. Hal ini tentunya menjadi tantangan dan perubahan bagi tenaga pengajar seperti guru dalam menyusun kurikulum baru yang memerlukan penyesuaian.

“Tetapi ada beberapa hal yang menjadi dampak dari peristiwa ini yaitu menjadi tantangan implementasi perubahan besar dalam sistem struktur kurikulum dan sistem pendidikan itu. Sebab tentu perubahan kebijakan ini memerlukan waktu, sumber daya, dan pelatihan bagi guru untuk beradaptasi dengan metode pengajaran baru. Saya kira akan ada perubahan-perubahan yang memerlukan waktu dan adjustment atau adaptasi,” ungkap Endro.

Hal tersebut juga berdampak bagi peserta didik siswa/I yang akan mengalami pengurangan fokus terhadap jurusan. Kata Endro hal ini akan mengurangi beberapa pengetahuan bagi siswa/I di beberapa bidang.

“Ada potensi pengurangan fokus tanpa spesialisasi jurusan IPA dan IPS. Siswa mungkin kurang mendapatkan pengetahuan secara mendalam di bidang tertentu yang mereka minati. Selain itu juga, bisa memengaruhi kesiapan mereka untuk pendidikan lanjut di bidang tersebut,” tandasnya.

Keuntungan dan dampak yang timbul dari peristiwa tersebut, Endro dapat menyimpulkan bahwa hal tersebut dapat dijalankan dengan melihat ada beberapa keuntungan. Selain itu, menurutnya kebijakan tersebut memang lebih cocok untuk jenjang sekolah menengah atas yang harus mempersiapkan pelajaran cabang ilmu tanpa sebuah keharusan memilih suatu jurusan.

“Kesimpulannya, mungkin ini bisa dijalankan dengan adanya keuntungan yang banyak juga hal-hal yang positif dari penghapusan jurusan itu. Menurut saya akan lebih pas dengan memulai dari sekolah menengah atas yang artinya butuh menyiapkan peserta didik untuk mempelajari semua cabang-cabang keilmuan. Tanpa kemudian mereka harus dispesialisasikan ke dalam ilmu IPA dan ilmu IPS,” tutup Endro. (Ndrex)