Multikultur merupakan potensi yang tidak akan pernah mati. Ada keberagaman di dalam multikultur. Sehingga masih terbuka peluang yang bisa dilakukan mahasiswa untuk membuat karya multikultur.
Demikian disampaikan Sutradara Film, Garin Nugroho dalam kuliah umum dan diskusi film dengan tema ‘Menghidupkan Gagasan Multikultur dalam Film’ yang diselenggarakan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Rabu (17/2) di Kampus Terpadu UMY.
Lebih lanjut Garin menjelaskan, karya multikultur tidak semata-mata menampilkan pulau-pulau. Multikultur mencakup semua aspek. “Perkumpulan orang Batak yang menyukai sepeda itu juga menggambarkan multikultur,” jelasnya.
Multikultur dapat digunakan untuk berbagai hal. Multikultur dapat digunakan sebagai peta politik, peta budaya, peta komunikasi, maupun peta komunikasi budaya. Selain itu multikultur juga dapat digunakan untuk membaca politik maupun sebagai sarana untuk melakukan kritik.
Menurut Sutradara Film ‘Opera Jawa’ ini, untuk membuat karya multikultur yang baik, dalam proses pembuatannya harus mampu membaca multikultur. Membaca multikultur tidak sekedar membaca konsep tetapi ikut mengalami segala unsur kehidupan sehingga mampu menangkap gejala-gejala multikultur.
“Misalnya akan membuat sebuah film yang menggambarkan sebuah perkampungan, detail kegiatan perkampungan tersebut harus jelas. Ternak apa yang pertama kali dikeluarkan, jam berapa, tempatnya dimana. Matahari terbit jam berapa, di sebelah barat pohon atau timur pohon. Hal tersebut menentukan pencahayaan kamera ketika pengambilan gambar. Setiap gejala harus dilihat dan ditangkap dengan detail.” urainya.
Kunci keberhasilan dalam pembuatan karya multikultur menurut Garin terletak pada kedisiplinan. ”Kedisiplinan pada sasaran kita, disiplin pada riset yang dilakukan. Sehingga riset yang dilakukan benar-benar mendalam. Tidak perlu takut karya yang dihasilkan jauh dari sempurna atau tidak sempurna.” paparnya.
Sementara itu menurut Dosen Komunikasi UMY, Yeni Rosilawati S.IP, MM memaparkan, multikulturalisme merupakan sebuah gerakan menghargai akan perbedaan yang terjadi antar negara dalam hal budaya, kewarganegaraan, bahasa, warna kulit, ras, serta agama. ”Multikulturalisme menggambarkan keragaman dan pluralitas. Inti dari pluralisme dan multikulturalisme terletak pada kesadaran akan keragaman.” tuturnya.
Menurutnya kebhinekaan budaya merupakan modal besar dalam proses kreatif produksi film sekaligus menempatkan film sebagai aktor sosial yang menggambarkan kebergaman budaya.
Melalui kuliah umum dan diskusi film bersama Garin Nugroho ini Yeni berharap mahasiswa dapat memperoleh wawasan atau perspektif multikultur dalam proses kreatif. ”Misalnya proses kreatif pembuatan film maupun iklan bertema multikultur,” tambahnya.