Berita

Pentingnya Literasi Pasar Modal Untuk Anak Muda Indonesia

Perkembangan pasar modal di Indonesia berkembang dengan pesat, tak heran jika pasar modal ini layak dijadikan fashion. Pada tahun 2014, Indonesia menempati posisi ke empat di tingkat regional dan global, setelah Cina, India, dan Filipina. Dalam 6 tahun terakhir saja peningkatan IHSG capital market Indonesia mencapai 300%. Namun dengan banyaknya return tersebut, masyarakat Indonesia tidak sepenuhnya menikamtinya, tetapi return ini lebih banyak dinikmati oleh investor asing. Hal ini terbukti karena sebesar 65% kepemilikkan saham yang ada di Indonesia ini dikuasai oleh investor asing. Ini dapat dibuktikan dengan tingkat literasi kita dalam mengaplikasikan tentang pengetahuan pasar modal. Rendahnya literasi terkait dengan pasar modal ini juga didukung banyaknya orang Indonesia khususnya anak muda yang komsutif dan tidak suka berinvestasi.

Banyaknya anak muda yang komsutif misalnya dengan belanja tas bermerk dengan harga ratusan juta dari pada berinvestasi. “Hal inilah yang kemudian harus disadarkan kepada orang Indonesia khususnya anak mudah, padahal untuk melakukan investasi di pasar modal ini sangat mudah dan canggih yaitu dengan sistem online. Dengan sistem online ini akan mempermudah untuk bertransaksi, bahkan dengan dengan uang Rp 100.000 saja kita sudah bisa bertransasksi, “ jelas Fasha Fauziah, S.E., M.M (Executive Trainer of IDX Representative Office-Yogyakarta Education Division) selaku pembicara dalam acara Seminar Nasional “Pasar Modal Sebagai Fashion Investasi Masa Kini” yang diselenggarakan oleh Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) UMY pada Sabtu (11/4) di AR Facrudin A Lt.5 UMY.

Fasya juga menegaskan bahwa, pemahaman yang kurang dipahami oleh Indonesia ini adalah terkait dengan saha, reksa dana, dan obligasi. Pengetahuan yang minim ini juga didukung dengan minat baca masyarakat yang rendah. “Tapi, yang terpenting saat ini adalah kita harus merubah cara pandang kita yang semula komsutif menjadi produktif melalui pasar modal. Hal ini guna meningkatkan investor lokal dibandingkan investor asing, “ tegasnya.

Hal yang sama pun disampaikan oleh Hery Gunawan Muhammad, S.IP (Branch Management PT. First Asia Capital Jateng-Yogyakarta). “Kita perlu mengubah mindset kita dari yang hanya komsutif menjadi produktif, hal yang perlu diingat lagi bahwa pihak asing dapat membeli tanah di Indonesia. Ketertarikan investor asing memilih Indonesia, karena Indonesia yang suka makan, membeli gadget, membeli kendaraan, dan lain-lain. Inilah yang harus kita sadari bahwa kita harus menghasilkan sebuah karya bukan hanya komsutif, “ tegasnya.

Fasya kembali menjelaskan bahwa, berkecimpung di pasar modal ini tentunya kita akan mendapatkan banyak keuntungan yaitu menjadi sumber pembiayaan, sebagai wahana investasi, penyebar kepemilikkan perusahaan, keterbukaan dan profesionalisme, lapangan pekerjaan, dan mendorong perekonomian Indonesia. “Ada keuntungan ada pula resiko yang harus dihadapi. Resiko yang sering terjadi adalah perusahaan bangkrut atau dilikuiditas, resiko tersebut harus dihadapi dan kita harus pandai me-manage resiko tersebut, “jelasnya.

Dalam berinvestasi ada etika-etika yang harus dilakukan yaitu jangan serakah dan mengenali potensi yang kita milikki. “Kita perlu melakukan investasi dengan konsep Islami, yaitu tidak ada unsur gharar, masyir (judi), dan riba. Konsep investasi alami antara lain pendapatan dan pengeluaran berjalan dengan seimbang, membelanjakan harta untuk kebaikan, mengutamakan hal primer, menghindari belanja mewah, menghindari belanja yang tidak di syariatkan, dan bersikap tengah-tengah dalam pembelanjaan. Hal tersebut yang juga dilakukan Rasulullah SAW dalam berdagang, “ sarannya.