Lembaga Penelitian, Publikasi, dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (LP3M UMY) bekerjasama dengan Pusat Studi Wanita Yogyakarta (PSW) UMY mengadakan Joint Seminar tentang Dampak Asap Bagi Kesehatan Ibu dan Anak. Dengan mengundang pembicara Associate Professor Geoff Morgan dari Environmental Health, Sydney School of Public Health, The University of Sydney dan dr. Imam Permana, M.Kes., Ph.D dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UMY pada Sabtu (6/7) bertempat di Gedung Pascasarjana Lantai 3 Ruang 303 Kampus Terpadu UMY.
Dihubungi oleh tim jurnalis Biro Humas dan Protokol UMY, Yoni Astuti, M.Kes., Ph.D menjelaskan tentang tujuan diadakannya joint seminar tersebut. “Tujuan seminar ini adalah untuk menyadarkan perempuan dan anak-anak terhadap berbagai dampak asap. Bahaya asap dari rokok, pembakaran sampah, kebakaran hutan, maupun proses industri dapat mengganggu kesehatan ibu dan anak, seperti meningkatkan resiko Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), meningkatkan resiko iritasi mata, telinga, hidung dan tenggorokan serta mendorong reaksi alergi dan berbagai infeksi,” terangnya.
Untuk menjangkau masyarakat secara luas, dalam seminar ini, PSW UMY mengundang kepala SKPD Dinas Kesehatan se-Provinsi DIY, ketua-ketua PSW di DIY, Organisasi Otonom di bawah Persyarikatan Muhammadiyah, Organisasi Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), hingga Ketua Penggerak PKK se-DIY. “Seminar ini diharapkan mampu mensosialisasikan bahaya asap bagi anak dan ibu, sehingga ke depan masyarakat akan lebih sadar dan peka terhadap dampak asap bagi kesehatan ibu dan anak,” jelas Yoni.
Dalam pamaparan materinya, Geoff Morgan menjelaskan mengapa bahaya polusi udara itu sangat penting untuk diketahui. “Diketahui bahwa 92% penduduk di dunia telah menghirup udara yang tidak sehat, yang salah satunya disebabkan oleh polusi udara. Baik itu polusi udara di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Contohnya saja polusi transportasi, polusi asap-asap pabrik, polusi kebakaran hutan, dan yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari adalah polusi asap rokop yang tanpa sengaja kita hirup,” terangnya.
Ia menambahkan bahwa ada upaya-upaya yang harus terus dilakukan untuk memayungi udara agar tetap terjaga dan tidak menimbulkan penyakit bagi makhluk-makhluk hidup. “Polusi udara dari setiap negara itu berbeda-beda, ada yang disebabkan oleh kebakaran hutan, kebakaran lahan baik yang sengaja dibakar atau karena kekeringan. Asap yang dihasilkan dari kebakaran terus menerus tumbuh membesar membawa dampak yang tidak sehat bagi makhluk hidup yang tinggal di sekitarnya. Oleh karenanya diperlukan upaya-upaya yang harus terus dilakukan untuk memayungi udara yang kita hirup agar tetap terjaga. Caranya bisa dengan menggunakan energi terbarukan, contohnya air, hidro, solar, dan tenaga matahari. Dapat juga dengan membuat kota ramah pejalan kaki, dan pengurangan pabrik transportasi,” ungkap Geoff.
Hal senada juga disampaikan oleh dr. Imam Permana, M.Kes., Ph.D sebagai pembicara dalam joint seminar tersebut. Ia menegaskan bahwa dampak dari polusi udara sangatlah tidak sehat bagi kesehatan perempuan dan anak-anak. “Pada penelitian yang dilakukan oleh tim dari UMY mengenai polusi udara di Palembang akibat kebakaran hutan, dampak yang paling besar dirasakan oleh anak-anak. Anak-anak lebih banyak mendapat dampak, karena anak yang sudah terpapar polusi udara akan mengalami dampak bagi kesehatannya seumur hidupnya. Untuk itu, penting menjaga kesehatan dari paparan asap ini,” tutup dr. Imam. (CDL)