Kesan yang begitu mendalam dirasakan Chanelle Hsu Yueh, mahasiswa asal Singapura yang mengikuti Learning Express di Yogyakarta bersama puluhan mahasiswa UMY dan UPN. Walaupun dua minggu menjalani kebersamaan yang tergolong singkat namun Chanelle merasa begitu berat meninggalkan teman-teman barunya di Yogyakarta, sampai-sampai ia terlihat meneteskan air mata saat bertukar cindera mata dengan peserta lain.
Sikap ramah yang ditunjukkan para mahasiswa yang menjadi rekannya selam mengikuti KKN membuatya merasa senang berada di antara mereka. Chanelle menganggap teman-teman barunya itu memiliki sikap yang sangat bersahabat dan terbuka kepada ia dan rekannya dari Singapura. Menurut mahasiswi tingkat dua itu, sikap terbuka dan menerima semacam itu akan sulit ditemui di negerinya.
“Mereka sangat bersahabat dan terbuka, berbeda dengan di Singapura. Sangat berat untuk berpisah dengan mereka,” ungkap gadis berwajah oriental itu seusai acara perpisahan Learning Express UMY, Kamis (18/9) malam di kampus UMY.
Terjun membantu warga Desa Timbul Harjo, Bantul dalam berinovasi mengembangkan produksi Lincak dan Lempeng merupakan pengalaman yang sangat berharga baginya. Di luar itu semua ada hal yang juga begitu berharga bagi Chanelle, yakni persahabatan yang bisa terus terjalin. Memang ini bukanlah kali pertama ia mengikuti kegiatan Learning Express di Indonesia, sebelumnya ia sempat mengikuti kegiatan serupa di Malang, Jawa Timur. Namun partisipasinya kali ini cukup berkesan karena dari kegiatan ini ia menemukan teman baru yang ia nilai menjadi temannya yang paling dekat selama mengikuti program tersebut.
Kepada Biro Humas dan Protokol UMY ia menyebut nama Fahad, salah satu mahasiswa UMY yang menjadi peserta dalam Learning Express tersebut menjadi teman baiknya selama mengikuti kegiatan itu. Memakai pita merah putih pemberian Fahad, Chanelle mengatakan akan terus menjaga pertemanan yang telah terjalin dalam pertemuan singkat tersebut, ia pun mengaku telah bertukar nomor ponsel dengan Fahad dan teman-teman barunya di Learning Express kali ini. “Saya mendapatkan banyak kenangan, pada kesempatan ini saya juga mendapatkan teman baik bernama Fahad. Saya harap kami dapat terus menjalin pertemanan,” sambungnya.
Menginap tiga malam di rumah warga Desa Timbul Harjo ia merasa kagum dengan budaya masyarakat tempat sekitar yang begitu ramah menyambut kedatangan mereka. Warga, lanjut Chanelle begitu mengapresiasi berbagai penyuluhan yang ia dan rekan-rekannya berikan selama mengikuti program. “Mereka sangat mengapresisasi kedatangan kami. Saya belajar banyak dari sini,” ungkapnya.
Namun ada hal yang ia alami selama menginap di Desa Timbul Harjo dan sangat jarang ia temui di negeri asalnya, yakni suara bising ayam-ayam yang dipelihara oleh warga sekitar. “Sangat berisik oleh suara ayam, kalau di Singapura berisik oleh suara kendaraan. Saya juga merasa fresh ketika menginap di sana,” kata Chanelle kemudian tertawa.
Semantara itu Richo Bima Paksi, salah satu mahasiswa UMY yang juga sempat menangis saat perpisahan tersebut mengaku meski kenal selama dua minggu namu ia merasa sudah sangat dekat dengan Chanelle dan kawan-kawan. Meskipun tinggal berjauhan, ia percaya bahwa pertemanan akan dapat terus terjalin karena pertemanan tidak mengenal batasan.
“Dua minggu itu singkat tapi merasa sudah dekat dengan mereka. Akrab banget kayak udah kenal lama. Ini nggak sekedar KKN tapi dapat teman baru. Pertemanan itu tidak ada batasannya,” tutur mahasiswa Hubungan Internasional UMY itu.