Peran serta orang tua sangatlah penting khususnya dalam keberhasilan studi mahasiswa. Orang tua diharapkan mampu menjadi seorang pembimbing, pengawas, melindungi, mendidik, menasehati, memotivasi, dan memahami kondisi bakat dan minat anak. Hal ini sangat serius diperhatikan oleh Program Studi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dengan mengadakan pertemuan bersama orang tua wali mahasiswa baru di Ruang Amphiteater E7B Gedung K.H. Ibrahim Lt. 5 Kampus Terpadu UMY dan juga diakses melalui aplikasi Zoom Meeting untuk orang tua yang tidak bisa hadir langsung, Sabtu (28/11).
Saat ini tantangan mendidik anak semakin kompleks yang dirasakan oleh orang tua. Seperti yang disampaikan oleh Konsul Jenderal RI di New York Dr. Arifi Saiman, MA yang menjadi narasumber dalam acara tersebut. Menurutnya sebanyak 2.192 mahasiswa terjerat kasus narkoba dan 23,4% mahasiswa terpapar radikalisme pada tahun 2019, serta sebanyak 3% dari populasi Indonesia diperkirakan merupakan kaum LGBTQ pada tahun 2017. “Tantangan pergaulan mahasiswa masa kini ada begitu banyak seperti halnya mudahnya akses situs pornografi, maraknya game online, maraknya peredaran narkoba, maraknya pengaruh radikalisme, pengaruh budaya seks bebas, dan mulai maraknya gaya hidup menyimpang (LGBTQ),” ujarnya melalui Zoom, langsung dari New York.
Maka dari itu, Arifi menekankan bahwa sebagai orang tua sebaiknya memberikan pola hidup teratur, disiplin dan prihatin kepada anaknya. “Orang tua mulai sekarang mengarahkan anaknya agar mampu hidup prihatin. Sebagai mahasiswa, Anda harus berikhtiar (puasa Senin-Kamis, sholat tahajud, sholat hajat dan lainnya). Menyiapkan diri dengan sungguh-sungguh dalam menghadapi situasi yang kompetitif pasca kelulusan,” imbuhnya.
Berdasarkan data dari Statistik Pendidikan Tinggi 2019 yang diolah oleh KJRI New York, terdapat mahasiswa aktif Indonesia jurusan Hubungan Internasional sebanyak 32.193 dan yang lulus pada tahun ajaran 2019/2020 sebanyak 3.580. Persaingan dalam mendapat pekerjaan pasca kelulusan kian sulit. Untuk jurusan HI, ada Diplomat karir (pejabat diplomatik dan konsuler, Kementerian Luar Negeri) dan Diplomat Non Karir (Diplomat non Kementerian Luar Negeri, Dubes LBBP, Dubes non LBPP untuk lembaga khusus UNESCO, WTO), yang bisa menjadi peluang besar mereka menjadi bagian dari dua peluang kerja tersebut.
Sementara untuk peran orang tua dalam dalam hal mengarahkan mahasiswa agar memenuhi kriteria kelulusan yang diharapkan, orang tua harus dapat menjaga kondisi psikologis anak agar konsentrasi studinya tidak terganggu. “Pemantauan orang tua terhadap prestasi akademik anak harus terus dilakukan khususnya terkait besaran capaian IPK (minimal 3.00) agar tidak mengalami kesulitan saat melamar pekerjaan setelah lulus. Boleh saja mahasiswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, tapi peran orang tua harus memastikan anaknya mampu seimbang menjalani akademik dan non-akademik, jika tidak bisa maka harus fokus pada bidang akademiknya saja,” tukas Arifi. (Hbb)