Berita

Perbedaan-Perbedaan Gerakan Shalat Membingungkan Masyarakat

Shalat sebagai ibadah yang diwajibkan oleh Allah setelah peristiwa Isra Miraj diyakini sebagai tiang agama Islam. Shalat ditegakkan dan tidak boleh ditinggalkan dalam keadaan apapun. Shalat juga hendaknya dilakukan dengan melalukan setiap gerakannya dengan sehingga dapat memaknai arti shalat yang sesungguhnya. Permasalahan yang timbul kemudian adalah adanya perbedaan gerakan-gerakan shalat yang membuat sebagian masyarakat ragu.

Demikian disampaikan Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (LPPI-UMY), Syakir Jamaluddin, M.A. di sela-sela kegiatan Pelatihan Shalat Sesuai Tuntunan Nabi SAW Minggu (13/3). Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 240 pegawai administratif UMY yang dibagi ke dalam 4 gelombang.

Syakir menjelaskan, perbedaan-perbedaan gerakan shalat memang sering sekali muncul di masyarakat. Mulai dari hal-hal kecil seperti saat meletakkan tangan atau lutut terlebih dahulu ketika sujud. Ia menyayangkannya karena hal ini memperlihatkan sebagian umat Islam tidak lagi memahami shalat sebagai tuntutan Nabi saw sehingga tidak berpengaruh pada kehidupan sehari-hari.

Majelis Tarjih Muhammadiyah sebenarnya telah melakukan kajian dan memfatwakan shalat yang sesuai tuntunan Nabi Muhammad saw. Namun, pada pengaplikasiannya menurut Syakir masih banyak yang tidak sesuai. “Tidak masalah kalau masih ada dasar Quran dan hadis yang maqbul, masih bisa ditolerir. Tapi kalau didasarkan pada hadis lemah bahkan tidak memiliki dasar, hal ini harus diperbaiki”, terangnya.

Pelatihan ini menurut Syakir memang diadakan untuk menyamakan tata cara solat bagi para kader muhammadiyah sesuai yang diajarkan nabi Muhammad. Pelatihan dibagi setidaknya dibagi ke dalam enam sesi materi. Materi-materi ini diisi oleh beberapa Ustadz di antaranya Ust. Ahmad Masruri S.Ag, dan Ust. Dr. H. Sagiran, Sp.B.

Pada salah satu materi, dijelaskan bahwa setiap gerakan shalat pada dasarnya memiliki mukjizat bagi setiap orang yang melakukannya. Bahkan menurut Syakir, beberapa pakar medis telah membuktikan bahwa gerakan-gerakan shalat yang dilakukan dengan benar dapat memberi pengaruh positif tidak hanya rohani namun juga jasmani. “Inilah mengapa pelatihan ini mejadi penting”, tuturnya

Pelatihan ini juga menjelaskan materi-materi penting seperti bagaimana sebenarnya menumbuhkan spirit untuk melakukan shalat, pelurusan penyimpangan dan perbedaan berdasar prinsip ibadah, serta praktek-praktek gerakan dan pemahaman makna bacaan. “Harapan saya pelatihan ini dapat menggairahkan para karyawan untuk gemar shalat berjamaah, di mana pun mereka berada”, jelasnya.

Pealtihan Shalat bagi pegawai administratif ini menurut Syakir adalah sebuah permulaan. Selanjutnya Syakir menjelaskan akan diadakan pelatihan-pelatihan serupa bagi civitas academica lain di lingkungan UMY, seperti dosen dan pegawai kontrak. Kegiatan pelatihan bagi pegawai ini sendiri dijadwalkan akan berakhir Minggu (20/3) mendatang.