Program studi Hubungan Internasional (HI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) melalui Laboratorium Hubungan Internasional menyelenggarakan International Course on Conflict Transformation and Peacebuilding (ICCTP) pada Senin (04/07) hingga Sabtu (09/07) mendatang. Di tahun kedua penyelanggaraannya, ICCTP yang digelar secara hybrid, luring dan daring ini mengangkat tema Fostering Peace and Social Justice in a Post-Pandemic World. Dengan 30 narasumber akademisi dan praktisi studi konflik dan perdamaian, program ini diikuti oleh 60 peserta yang berasal dari 20 negara, para peserta berasal dari berbagai latar belakang mulai dari mahasiswa, peneliti, hingga praktisi pada bidang transformasi konflik dan perdamaian.
Pada seremonial pembukaan ICCTP, Senin (04/07) pagi tadi di ruang Simulasi Sidang HI UMY, Prof. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P., IPM., Rektor UMY, dalam sambutannya memberikan apresiasi dan ucapan selamat atas kembali terselenggaranya program ini. Menurutnya, sebagai manusia memang sudah seharusnya kita memiliki keinginan untuk mengurangi konflik antar sesama. “Setiap manusia pasti berharap akan terealisasinya perdamaian antar negara agar bisa hidup berdampingan dan menghargai satu sama lain. ICCTP merupakan forum yang tepat untuk memahami dan mencari perspektif yang tepat dalam isu konflik dan perdamaian dunia,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Arie Kusuma Paksi, S.IP., M.A., Ph.D., Koordinator Laboratorium Hubungan Internasional, menjelaskan bahwa ICCTP merupakan sebuah program kursus yang inovatif dan juga intensif. “Program ini diadakan untuk mengeksplorasi berbagai pendekatan teoretik dan praktik transformasi konflik dan pembangunan perdamaian untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi potensi konflik dan kekerasan,” imbuh koordinator program ICCTP ini.
Menurut Ketua Program Studi HI, Dr. Sugito, S.IP., M.Si., ICCTP merupakan salah satu upaya dari program studi untuk menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional. Dalam penyelenggaraannya, berbagai kegiatan internasional dapat terselenggara akibat adanya kerja sama erat yang dijalin program studi dengan berbagai pihak nasional maupun internasional. “Hal ini bertujuan agar mahasiswa mendapatkan pengalaman belajar dengan standar internasional sehingga dapat meningkatkan pengetahuan tentang hubungan internasional, plus adanya keterampilan tambahan hidup seperti komunikasi lintas budaya, adaptasi, survival, dan kepemimpinan,” pungkasnya. (ays)