Berita

Perempuan Muda Harus Jadi Pemilih Cerdas

Pada 17 April mendatang Indonesia akan menyelenggarakan pesta demokrasi yang akan menjadi penentu dalam menunjuk siapa yang akan menjadi wakil dari rakyat, dan suara para pemilih akan menjadi poin utama dalam pemilu tersebut. Bagi sebagian masyarakat Indonesia, terutama para generasi muda, pemilu ini akan menjadi momen pertama mereka dalam turut serta menentukan masa depan negara. Menurut Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) ada 5.035.887 orang pemilih pemula pada Pemilu 2019 yang tersebar, mislanya terdapat 189.000 orang pemilih pemula di D.I. Yogyakarta. Dari angka tersebut lebih dari setengahnya merupakan pemilih pemula wanita, hal tersebut disampaikan oleh Siti Ghoniyatun, S.H., Komisioner KPU DIY, dalam temu wicara yang dilaksanakan pada hari Selasa (2/3).

Temu wicara tersebut dilaksanakan sebagai bagian dari pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh Tanto Lailam, S.H., LL.M., dosen Ilmu Hukum Universitas Muhammdiyah Yogyakarta (UMY) bersama Awang Darumurti, S.IP., M.Si, dosen Ilmu Pemerintahan UMY. Kegiatan tersebut berlangsung di Ruang Sidang Ekonomi di gedung Ki Bagus Hadikusumo kampus terpadu UMY.

Siti menyampaikan bahwa pemilu ini perlu dilaksanakan dengan baik, mengingat pada masa-masa menjelang pemilu banyak sekali indikasi yang menunjukan persaingan yang tidak sehat. “Tanpa diperhatikan dengan seksama pun, kita dapat melihat ada banyak sekali bentuk black campaign yang terjadi di sekeliling kita, mulai dari hoax, politisasi SARA hingga ujaran kebencian. Ini bertolak belakang dengan apa yang kita inginkan, padahal tujuannya adalah menghadirkan pemilu yang sehat, dan untuk mencapai hal tersebut salah satunya adalah dengan menjadi pemilih yang cerdas politik,” ujarnya.

Siti menyebutkan bahwa untuk menjadi pemilih yang cerdas, harus memiliki modal pengetahuan, kemampuan dan kesadaran berpolitik. “Kesadaran politik dan pemilu ini bisa kita bangun, salah satunya adalah dengan mengerti hak dan kewajiban anda sebagai warga negara dalam pemilu. Anda berhak untuk memilih paslon yang mau dan juga berkampanye mendukungnya juga wajib menaati tatat tertib yang berlaku dalam pelaksanaannya. Sebagai pemilih yang cerdas anda juga perlu untuk terlibat dalam membangun pengetahuan politik dalam masyarakat. Ini karena tanggung jawab untuk menciptakan atmosfir pemilu yang sehat adalah kewajiban kita sebagai masyarakat Indonesia terlepas anda perempuan atau bukan,” tegasnya.

Tanto juga menyampaikan bahwa menjadi pemilih cerdas, berarti memilih dengan menggunakan akal sehat dan hati nurani. “Memilih dengan akal sehat, berarti kita memilih dengan menggunakan penilaian yang objektif, tanpa dipengaruhi oleh faktor uang, hubungan kekerabatan, suku, daerah, agama, dan lainnya. Memilih dengan hati nurani, berarti kita harus melihat dengan hati nurani kita, siapa sebenarnya calon yang akan kita pilih, bagaimana kualitas moralnya, kualitas intelektualnya dan keterampilan profesional yang dimilikinya. Untuk menjadi pemilih cerdas kita harus mengenali calon sebelum menentukan pilihan,” paparnya.

Pada acara ini juga dilaksanakan deklarasi yang dilakukan oleh 45 perempuan muda dari Pimpinan Cabang Nasyiatul ‘Aisyiyah Ngampilan, Komite Independen Sadar Pemilu (KISP), dan masyarakat umum. Deklarasi ini sebagai sikap perempuan muda dalam menghadapi pemilu dengan semangat untuk mewujudkan pemilu yang berintegritas. (raditia)