Keberadaan mahasiswa saat ini bukan hanya dituntuntut untuk bisa menjadi seorang akademisi saja, namun lebih dari itu mahasiswa juga dituntut untuk bisa menjadi seorang wirausahawan. Oleh sebab itulah perlu adanya dukungan dari Perguruan Tinggi untuk bisa menciptakan lulusan mahasiswa yang kreatif, imajinatif, dan berani beresiko. Hal ini dikarenakan pola pikir mahasiswa yang sebagian besar masih termindset untuk menjadi seorang karyawan yang bekerja di kantoran atau perusahaan besar. Mereka (mahasiswa) cenderung memiliki rasa gengsi yang jauh lebih tinggi seiring dengan semakin tinggi pendidikannya. Semakin tinggi pendidikannya, semakin rendah pula kemandiriannya dan semangat kewirausahaannya. Padahal, dalam kondisi semacam inilah perguruan tinggi memiliki peran penting dalam menciptakan peluang kewirausahaan bagi mahasiswanya.
Hal tersebut dijelaskan oleh Dr. Ir. Bambang Supriyadi, CES., DEA selaku Koordinator KOPERTIS Wilayah V saat menjadi narasumber Pelatihan Kewirausahaan Mahasiswa, yang diselenggarakan oleh Student Entrepreneurship Business Incubator (SEBI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Pelatihan Kewirausahaan yang diikuti oleh mahasiswa dari 50 perguruan tinggi swasta (PTS) di DIY ini bertempat di gedung Ar. Fachruddin A lantai 5 Kampus Terpadu UMY.
Dalam pemaparannya, Bambang menjelaskan bahwa jumlah wirausahawan di Indonesia ini jauh dari cukup yaitu hanya 0,18% dari jumlah penduduk Indonesia. padahal yang diharapkan pemerintah 2% namun, sampai saat ini masih belum sesuai dengan target. “Nah, dari sinilah PT memiliki peran penting untuk mendorong dan meningkatkan jumlah wirausahawan di Indonesia. Jadi, lulusan PT itu harus disiapkan menjadi job creator bukan job seeker. Kurangnya wirusahawan ini bisa berakibat pada jumlah lapangan pekerjaan yang tidak sebanding dengan pencari kerja. Kita jangan takut untuk belajar dan mencoba, kalian sebagai mahasiswa jangan sampai kalah dengan orang lulusan SD yang bisa membangun lapangan pekerjaan, “ paparnya.
Perguruan tinggi, menurut Bambang merupakan wadah yang tepat untuk menjadikan generasi muda yang cerdas komprehensif. “Untuk menciptakan itu semua PT perlu memberikan mata kuliah tentang kewirausahaan, namun materi yang diberikan bukan hanya sebatas teori saja tapi juga prakteknya juga. Kalau bisa dosen yang diberi tanggung jawab adalah dosen yang menguasai kewirausahaan baik teori maupun praktis. Cara lainnya, bisa juga mengundang para praktisi kewirausahaan yang disisipkan ke mata kuliah kewirausahan. Paling tidak cara ini dapat membuka peluang mahasiswa untuk bisa berkontribusi dalam mencipatakan generasi muda yang cerdas dan komprehensif, “ ujarnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Rektor UMY, Prof. Bambang Cipto, MA bahwa ketika lulus mahasiswa jangan menjadi job seeker saja tetapi juga menjadi job creator. Artinya, mereka harus mampu membuka lapangan pekerjaan untuk bisa mengurangi jumlah pengangguran yang terus menerus bertambah setiap tahunnya. “Jangan juga berifkir ingin menjadi seorang PNS, meskipun memiliki banyak penghasilan bahkan dijamin hingga pensiun. Karena, dengan begitu kita tidak bisa menjadi pribadi yang berani dan berani menerima tantangan apapun. Jadi, kalian sebagai mahasiswa harus lebih kreatif dan jangan kalah dengan gengsi,“ tegasnya.
Sementara itu, Yun Widiati, S.H selaku Sekretaris Pelaksana KOPERTIS Wilayah V mengatakan, Indonesia ini memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia, bahkan ada diurutan ke-3 setelah Rusia dan Cina. “Karena jumlah penduduk yang banyak, jangan sampai ini menjadi boomerang bagi kita sendiri. Dengan jumlah penduduk yang banyak kita bisa mengambil peluang, masyarakat Indonesia ini perlu melakukan tranformasi pendidikan. Agar nantinya, ke depannya ditahun 2025 penduduk Indonesia lebih kompeten di usia produktifnya. Ada banyak tantangan yang akan dihadapi oleh penduduk Indonesia khususnya oleh generasi muda,“ terangnya.
Yun menambahkan, tantangan tersebut antara lain, seks bebas dan pornografi yang terus berkembang dan bisa diakses oleh siapapun dengan sangat mudah. Kedua, agresivitas dan anarkisme yang semakin merajalela dikalangan generasi muda. “Ketiga, Radikalisme. Ini menjadi sangat berbahaya karena target dari mereka biasanya mahasiswa jadi kalian perlu hati-hati. Bagusnya lagi tidak usah mengikuti organisasi yang masih belum jelas, anggap saja itu sebagai pengetahuan umum bukan untuk diikuti,“ tambahnya.
Karena itu, Yun menyarankan agar mahasiswa itu harus cerdas komprehensif. Karena ini penting untuk kemajuan bangsa. “Cerdas komprehensif itu mahasiswa harus memiliki spiritual yang baik, memiliki intelektual yang bisa berfikir kritis dan kreatif, memiliki emosi dan sosial yang seimbang, dan kinestastik. Artinya mahasiswa mampu bersaing dengan kemampuan yang matang. Untuk bisa melakukan hal tersebut kalian bisa memanfaatkan forum-forum yang ada di kampus untuk mengembangkan bakat yang dimiliki,“ terangnya.
Untuk mencipatakan itu semua, lanjut Yun, Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (KOPERTIS) Wilayah V juga telah memberikan wadah bagi mahasiswa yang ingin belajar dan memulai usaha, yaitu melalui Mahasiswa Kewirausahaan Bina Desa (MAUDESA). MAUDESA merupakan program yang berkaitan dengan kewirausahaan yang dikhususkan bagi mahasiswa. “Sasaran dari MAUDESA ini, pertama, untuk membantu meningkatkan kemitraan PTS dengan suatu desa binaan melalui pelaksanaan Tri Dharma perguruan tinggi. Kedua, memberikan kesempatan bagi mahasiswa yang memiliki minat dan motivasi berwirausaha. Ketiga, meningkatkan kinerja pelaku bisnis kecil, menengah, dan koperasi atau kelompok untuk menumbuhkan unit bisnis baru di pedesaan. Tahun 2015 saja sudah ada 22 kelompok yang kita bina, kami terus berharap program ini terus berjalan dan menjadi aktivitas lanjutan,“ ujarnya.
Untuk mengawali itu semua KOPERTIS Wilayah V bekerja sama dengan UMY dalam penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan Mahasiswa ini dengan tema “From Campus to be Young Enterpreneurs”. Adapun rangkaian kegiatan ini berupa pelatihan kewirausahaan, expo kewirausahaan, kunjungan lapangan, dan kompetisi Business Plan. Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran para civitas akademika di lingkungan perguruan tinggi, mendorong semangat mahasiswa mencipatakan lapangan kerja yang dimulai sejak di bangku perkuliahan, dan menumbuhkan iklim kewirausahaan kampus. (Ica)