Tidak semua orang berani berangan-angan tinggi, terkadang mereka takut karena sudah menyadari banyaknya kekurangan yang bisa menjadi hambatan untuk meraih mimpi tersebut. Namun tidak bagi UMY, justru mimpilah yang akan membawa perubahan yang luar biasa bagi para pemimpi. “Bagi kami mimpi itu penting karena tanpa mimpi hidup ini jadi tidak memiliki semangat.” Hal itu disampaikan langsung oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P ketika menerima kunjungan dari Universitas Muhammadiyah Banjarmasin (UM BJM) dalam rangka studi banding pada Senin (30/10) di Gedung A.R Fachruddin A Kampus Terpadu UMY.
Rektor UMY tersebut juga menekankan bahwa mimpi itu harus mulai diwujudkan dengan langkah – langkah kongkret. Dalam presentasinya, Gunawan menunjukan mimpi UMY yang sudah terencanakan dalam sebuah road map berkelanjutan, hingga nanti UMY mampu menjadi referensi utama kampus internasional dengan ciri khususnya, yaitu menjadi suatu perguruan tinggi (PT) yang Unggul dalam pengembangan ilmu dan teknologi dengan berlandaskan nilai-nilai islam untuk kemaslahatan umat. Gunawan juga menekankan bahwa UMY juga mulai berani bersaing dengan kampus – kampus internasional. “Semenjak munculnya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) maka timbul pemikiran bagaimana caranya bisa muncul di berita Internasional. Maka dibuatlah rencana strategis 5 tahunan dan sudah mulai disosialisasikan. Hasilnya hingga saat ini banyak berdatangan dari luar negeri yang tertarik untuk menempuh pendidikan di UMY, ” tambahnya.
Selain itu, Gunawan juga mengkritisi bahwasanya sebagai perguruan tinggi swasta maka kampus – kampus Muhammadiyah seharusnya tidak hanya melaksanakan tridharma perguruan tinggi, namun juga wajihb fokus pada poin keempat catur dharma perguruan tinggi yakni pasar dan persyarikatannya. “Perguruan tinggi yang baik adalah perguruan tinggi yang mampu memanajemen pasar dengan baik tidak hanya melakukan tridharma perguruan tinggi,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Prof. Dr. Achmad Nurmandi, M.Sc selaku Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Internasional memberikan saran bagi Universitas Muhammmadiyah Banjarmasih sebagai kampus PTM baru maka harus memperhatikan tata kelola perguruan tinggi. “Kebanyakan kampus PTM di luar Jawa nyatanya kurang mampu merespon perubahan lingkungan yang cepat dan akreditasi,” ujarnya.
Prof Nurmandi juga menekankan pentingnya pengambilan keputusan berdasarkan data di lapangan. “Misalnya 57% mahasiswa UMY mendaftar di kampus ini karena akreditasinya. Maka kami berkomitmen untuk terus meningkatkan dan mempertahankan akreditasi yang baik di UMY. Sama halnya ketika ada merger dengan Politeknik Muhammadiyah Yogyakarta yang saat itu akreditasinya masih C, lalu UMY secara progresif melakukan perbaikan untuk menunjang akreditasi agar semakin banyak yang minat berkuliah di sana,” tambahnya. (zaki)