Perkembangan media baru telah mempengaruhi aspek komunikasi, salah satunya yaitu dalam mengonsumsi berita maupun berbagi berita di kalangan masyarakat. Dari sisi pembuat berita, banyak newsroom di media massa akan memantau terlebih dahulu apa yang menjadi trending topic di media sosial untuk menentukan apa yang menjadi berita utama mereka. Hal tersebut diungkapkan oleh Prof, David Holmes dari Monash University, selaku pembicara dalam International Conference on Social Politics (ICSP) yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Kamis (28/1) bertempat di Gedung Pascasarjana UMY lantai 4 Kampus Terpadu UMY.
Ditambahkan oleh Holmes, media sosial merupakan sebuah wadah untuk mendapatkan sebuah informasi atau sebuah berita dengan cepat, karena jika dilihat pengguna media sosial cukup besar jumlahnya, dan untuk mengakses media sosial seperti Twitter, dan Facebook saat ini sangatlah mudah. “Munculnya media berbagi saat ini seperti Twitter dan Facebook sangat memudahkan masyarakat untuk mengakses sebuah berita terbaru, contohnya dalam memberitakan sebuah kejadian bencana yang terjadi di negara lain dengan memanfaatkan media sosial kejadian bencana tersebut akan dengan cepat tersebar ke negara lainnya, atau bahkan seluruh dunia akan mengetahui informasi tersebut dengan cukup mengakses media sosial,”tambahnya.
Sementara itu, Assoc. Prof. Rachel E. Khan selaku pembicara dari University of the Philippines Diliman mengungkapkan, perkembangan di era new media turut mempengaruhi gaya komunikasi dari yang dahulunya satu arah telah berubah menjadi dua arah dengan menggunakan berbagai macam jalur. Hanya dengan menggunakan satu alat komunikasi saja, maka seseorang memiliki kemampuan tidak hanya multitasking, akan tetapi juga multicommunicator. “bahkan seseorang bisa saja langsung memeriksa kevalidan informasi yang diterima melalui teknologi media sosial. Jadi seorang dosen tidak bisa sembarangan lagi memberikan informasi karena setiap mahasiswa memiliki akses untuk mengkonfirmasi informasi tersebut” jelas Khan. Bahkan Khan juga menjelaskan, keberadaan media sosial juga telah mengubah cara jurnalis membuat berita, kini jurnalis dituntut untuk menulis berita dengan menggunakan kuantifikasi penomoran dibandingkan menggunakan penulisan berita dengan menggunakan segitiga piramida terbalik seperti biasanya.
Ditambahkan oleh Rachel, dengan perkembangan media sosial yang cukup signifikan saat ini pastinya memiliki dampak yang cukup besar bagi masyarakat, baik dampak secara positif maupun negatif. “Untuk mencegah penyebaran dampak negatif dari perkembangan media sosial di masyarakat, diperlukan adanya literasi media kepada masyarakat dalam memanfaatkan media sosial, agar hal-hal yang bersifat negatif terkait penyebaran isu sebuah berita yang dapat berdampak buruk bagi masyarakat dapat dicegah dengan adanya literasi media,”tambahnya.
Senada dengan media literasi keberadaan new media yang dalam perkembangannya cukup signifikan di masyarakat turut harus dikritisi secara positif, masyarakat harus berhati-hati dalam menggunakan media sosial. Hal tersebut diutarakan oleh Muria Endah Sokowati, S.IP., M.Si, selaku pembicara dan merupakan dosen Program Studi Ilmu Komunikasi UMY. “Dampak yang timbul terkait penyebaran informasi melalui media sosial yang cukup luas sudah sepatutnya masyarakat tidak menerima berita atau informasi tersebut secara mentah-mentah, masyarakat harus mengkritisi sumber informasi atau berita tersebut terkait dengan kebenarannya, agar masyarakat tidak dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk kepentingan pribadi dalam menyebarkan sebuah informasi di masyarakat luas,” ungkapnya. (Adam)