Berita

Perkembangan Tekonologi Kedokteran Gigi Berikan Solusi Penanganan Permasalahan Gigi

Teknologi kedokteran gigi semakin berkembang sehingga banyak pilihan solusi terbaru yang dapat digunakan untuk penyelesaian atau pengobatan gigi yang sakit ataupun rusak. Misalnya gigi yang rusak dengan melihat seberapa parah kerusakannya, tidak mesti langsung dicabut tetapi bisa diobati.

Teknologi kedokteran gigi semakin berkembang sehingga banyak pilihan solusi terbaru yang dapat digunakan untuk penyelesaian atau pengobatan gigi yang sakit ataupun rusak. Misalnya gigi yang rusak dengan melihat seberapa parah kerusakannya, tidak mesti langsung dicabut tetapi bisa diobati.

Hal ini mendorong mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menyelenggarakan Seminar ‘Rehabilitative in Dentistry’ di Asri Medical Center (AMC-UMY) Kamis (16/12).

Menurut Koordinator Seminar ‘Rehabilitative in Dentistry’, Yudha Prasetya, ketika sudah dicabut gigi harus diganti dengan gigi baru atau gigi palsu. Hal ini dilakukan karena hilangnya satu atau lebih gigi kita akan menyebabkan gigi kanan dan kiri gigi yang tanggal tersebut akan miring ke kanan dan ke kiri. “Selain itu gigi atasnya gigi yang sudah dicabut itu akan bertambah panjang atau modot.”jelasnya ketika ditemui di sela-sela kegiatan.

Dalam penuturannya kehilangan salah satu atau lebih gigi juga tersebut akan mempengaruhi proses pengunyahan makanan yang tidak sempurna sehingga akan mengganggu kerja lambung. Kemudian dapat menyebabkan pengucapan kata-kata menjadi kurang jelas. “Serta akan menyebabkan kurangnya rasa percaya diri.”ujarnya.

Hal ini akan menyebabkan orang untuk memasang gigi palsu. Namun permasalahannya seringkali pemasangan gigi palsu memerlukan waktu sekitar seminggu. “Hal ini akan menyebabkan pasien menjadi kurang nyaman karena terlalu lama dan mengeluarkan banyak biaya. Seiring perkembangan teknologi kedokteran gigi saat ini telah muncul tekonologi jembatan sederhana dengan preparasi minimalis menggunakan fiber reinforced composite. Tekonologi ini hanya membutuhkan waktu satu hari saja. Sehingga pasien tidak terlalu lama menunggu.”jelasnya.

Sementara itu Profesor Yoichiro Miyake dari University of Tokushima, Jepang dalam kesempatan tersebut menjelaskan mengenai hubungan kesehatan mulut dengan pneumonia. “Mulut berperan untuk makan, minum, berbicara, menggigit, senyum, dan juga bernafas. Disfungsi atau tergaggunya salah satu fungsi tersebut dapat menurunkan kualitas hidup manusia,”urainya.

Selain memiliki banyak peran peran penting, mulut juga berperan terhadap masuknya berbagai bakteri. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pneumonia. Terjadinya perpindahan bakteri dari mulut ke dalam paru-paru. Sehingga kebersihan dan kesehatan mulut akan mencegah terjadinya pneumonia,”terangnya.