Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pertama kali mengadakan konferensi mahasiswa yang dilakukan secara daring, yaitu dalam acara The 1st UMY Grace 2020 (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Undergraduate Conference). Acara yang diadakan pada hari Selasa (27/10) ini mengangkat tema ‘Armring the Youth to Contribute to the Sustainable Development Goals (SDGs)’ dengan menghadirkan beberapa pembicara dalam acara pembuka, yaitu Fahd Pahdepie (Penulis Buku dan Executive Director di Amanat Institute), Nurhayati Subakat (Founder dan CEO PT. Paragon Technology and Inovation), dan dr. Gamal Albinsaid (CEO Indonesia Medika).
Fahd Pahdepie, yang juga sebagai alumni Prodi Hubungan Internasional UMY menyatakan bahwa UMY selalu menggaungi tagline muda mendunia yang hal tersebut tidak sekedar hanya sebuah tagline, namun menjadi sebuah imajinasi yang lebih baik dan menguji mentalitas pada generasi muda sebagai masyarakat dunia. “Pada tema kali ini saya akan berbicara berkaitan dengan bagaimana mempersenjatai anak-anak muda agar dapat berkontrubusi dalam sustainable development goals, yang diketahui menjadi isu dunia saat ini. Perlu diketahui UMY memiliki tagline muda mendunia ini tidak hanya sebuah tagline, namun menjadi sebuah kesadaran dan mentalitas kita dalam menghadapi dunia yang lebih baik,” jelasnya.
Kemudian, Fahd juga menjelaskan bagaimana yang harus dilakukan untuk dunia yang lebih baik di tengah pandemi saat ini.”Saat ini kita dihadapkan pada pandemi virus covid-19, dan covid-19 akan selamanya mengubah dunia kita. Jadi covid-19 tidak akan mengembalikan dunia kita seperti dulu sebelum adanya pandemi covid-19. Karena itu kita harus mulai mempunyai kesadaran dan satu upaya bagaimana membuat dunia ini menjadi lebih baik dengan kondisi yang terjadi pada saat ini. Salah satunya adalah harus memiliki sudut pandang lain, yang memandang bahwa adanya covid-19 ini bukan sebuah masalah dan hal ini bisa menjadi akselerator tertentu untuk kita menciptakan dunia yang lebih baik di masa yang akan datang. Sehingga tidak ada pilihan lain untuk kita untuk tidak berusaha beradaptasi, untuk tidak berusaha membekali diri kita dengan skill set baru dan mentalitas baru dengan menghadapi dunia yang baru ini kedepan,” paparnya.
Fahd juga menerangkan bahwa generasi muda yang merupakan generasi Z adalah generasi digital native atau melek digital, dengan secara teknis, karena generasi Z dapat beradaptasi dengan situasi seperti ini sehingga hadirnya covid-19 memberi keuntungan untuk generasi tersebut. “Melalui konferensi online, kita dapat beradaptasi karena kita paham teknologi sehingga menjadi peluang, kemudian yang harus kita lakukan adalah mengubah rencana dan membangun skill-skill baru yang relevan dengan dunia saat ini,” tambahnya.
Jika Fahd menyampaikan bagaimana generasi muda harus bisa beradaptasi, maka begitu juga dengan yang disampaikan oleh dr. Gamal Albinsaid, CEO Indonesia Medika bahwa pengembangan passion menjadi hal terpenting dalam kegiatan karya yang besar, khususnya dalam sosio-preneur. ”Karya besar yang mengagumkan itu lahir ketika passion kita dikerjakan dengan kesabaran. Jika kamu mengikuti pasionmu, uang dan orang-orang dan dampaknya akan mengikutimu. Oleh karena itu, jangan korbankan pasionmu dengan recehan rupiah atau pengaruh orang lain,” ungkapnya.
Contohnya yang dilakukan oleh dr. Gamal yang menyukai inovasi kesehatan dengan mengembangkan produk baru yang berkaitan dengan kesehatan, inovasi ini dilakukan dengan pikiran bagaimana menyelesaikan permasalahan di lingkungan sosial kita. “Inovasi yang saya lakukan pada yayasan kesehatan, adalah Indonesia medika antara lain adalah klinik asuransi gerobak sampah, yang melihat dari keresahan sosial dari permasalahan bahwa beberapa masyarakat yang tidak memiliki uang, tidak memiliki jaminan kesehatan. Program inovasi ini meliputi pembentukan komunitas, pemberdayaan komunitas sampah, dan adanya penggalangan untuk biaya kesehatan, sehingga adanya akses kesehatan. Hal ini merupakan bentuk mobilisasi masyarakat yang terbuang yang tidak memiliki kesempatan akses kesehatan, kegiatan ini mememanfaatkan kewiraushaan sampah rumah tangga yang meningkatkan nilai sampah secara eksponen untuk membantu akses kesehatan masyarakat,” cerita dr. Gamal saat konferensi berlangsung.
Ia pun menambahkan bahwa kegiatan yang bersifat inovasi dan untuk kemaslahatan sosial sangat penting untuk dilakukan dengan mengembangkan passion sesuai dengan kemampuan masing-masing.”Sehingga untuk berinovasi, ide itu murah asalkan kita mau memulai dimana kita berada, menggunakan apa yang kita punya dan lakukan apa yang kita miliki. Oleh karena itu, mengembangkan passion ini membutuhkan kejujuran, kesabaran dan keberanian untuk mencoba sesuatu hal yang akan kita lakukan,” tutupnya.(Sofia)