Berita

PKn Berbasis Multikultural Sebagai Pembelajaran Untuk Solusi Atasi Masalah dan Konflik Multikultur

Promovendus Baidi, saat menyampaikan hasil penelitian disertasinya saat Sidang Terbuka Promosi Doktor, Program Doktor Psikologi Pendidikan Islam Pascasarjana UMY

Keragaman masyarakat merupakan sebuah keniscayaan. Pada satu sisi kondisi multikultural tersebut dapat menjadi berkah, tapi di sisi lain dapat menimbulkan konflik. Jika keragaman tersebut tidak disikapi secara bijak, maka akan memungkinkan menjadi pemicu timbulnya masalah dan konflik dalam masyarakat. Akibat dari masalah dan konflik tersebut tentunya akan berpengaruh pada kerukunan dalam kehidupan masyarakat.

Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi Drs. Baidi, M.Pd untuk melakukan penelitian mengenai “Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Multikulturalisme Perspektif Psikologi Sosial Islam”. Menurutnya, melalui Pendidikan Kewarganegaraan berbasis multikultural tersebut, peserta didik akan diajarkan dan diberikan pemahaman bahwa kondisi kehidupan manusia itu sangat beragam, baik itu dari segi agama, budaya, pengalaman, maupun pemikirannya. “Berawal dari pemberian pembelajaran PKn berbasis multikultural kepada peserta didik itulah, diharapkan kehidupan masyarakat ke depannya bisa lebih saling menghormati dan menghargai perbedaan yang ada. Sehingga tidak ada lagi konflik yang muncul akibat sebuah perbedaan,” ungkapnya saat menjalani sidang Promosi Doktor, Program Pascasarjana UMY, di ruang sidang utama AR. Fakhruddin A lantai 5 Kampus Terpadu UMY, Sabtu (12/7).

Promovendus Baidi mengatakan, pendidikan kewarganegaraan itu pada dasarnya bisa menjadi ujung tombak pendidikan multikultural. Sebab pendidikan kewarganegaraan tersebut membawa misi sosial bagi kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara. “Dalam PKn, kita diajarkan dan dididik untuk menjadi warga negara yang baik, bisa menerima dan menghormati perbedaan, serta menyikapi perbedaan yang ada dengan baik. Sehingga tidak menjadikan perbedaan itu sebagai alasan untuk berbuat konflik,” jelasnya.

Dalam penelitian Baidi yang juga merupakan disertasinya ini, dipaparkan bahwa pelaksanaan pembelajaran PKn berbasis multikultural seperti yang diterapkan oleh SMP Al-Islam 1 Surakarta, bisa bermanfaat untuk membangun harmoni sosial. Peserta didik diajarkan untuk bisa menerima perbedaan yang ada di sekitarnya, seperti dengan cara mengunjungi tempat ibadah umat beragama lainnya, dan mengenal budaya lain di luar lingkungannya. “Kemudian untuk pembelajaran di kelas, peserta didik diajarkan untuk memusyawarahkan hasil observasinya. Dari sanalah mereka akan memahami bahwa manusia hidup itu memang penuh dengan keragaman. Dan mereka akan menerima perbedaan yang ada itu sebagai sebuah keragaman yang pasti ada,” paparnya.

Namun, menurut promovendus yang telah dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan sebagai doktor ke-16 pada Program Doktor Psikologi Pendidikan Islam Pascasarjana UMY ini, pendidikan kewarganegaraan yang selama ini diterapkan masih lebih menekankan pada aspek pengetahuan dan sikap (civic knowledge dan civic disposition). Belum banyak menyentuh aspek implementasinya (civic skill). “PKn baik yang di SMP Al-Islam maupun di lembaga pendidikan lainnya, belum banyak menekankan pentingnya implementasi dari pembelajaran PKn itu. Padahal, implementasi atau aspek civic skill itu merupakan aspek yang harus dipenuhi oleh peserta didik. Karena dari sana, peserta didik akan memiliki skill atau keterampilan membawa diri dalam kehidupan masyarakatnya, seperti kemampuan memimpin, mengakui perbedaan, dan kemandirian sikap,” tuturnya.

Sementara itu, Prof. Dr. H. Asmadi Alsa, SU selaku penguji mengatakan bahwa, penelitian yang dilakukan oleh promovendus Baidi merupakan penelitian yang bagus dan menarik. Karena penelitian yang dilakukan mengangkat masalah hubungan dan implementasi PKn dalam menyikapi multikulturalisme. “Saya fikir, para siswa tidak hanya dapat pengetahuan dalam pendidikan kewarganegaraan yang berbasis multikultural itu. Tapi mereka juga akan bisa berperilaku dan bersikap yang baik dalam menyikapi perbedaan dan keragaman,” imbuhnya.