Musim hujan telah tiba, berbagai penyakit mungkin saja akan mengusik kondisi kesehatan kita. Kondisi lingkungan yang tidak bersih dapat memperparah sarang penyakit berkembang. Hal itu lah yang terjadi di Dusun Tlogo, Kasihan, Bantul. Sebagai daerah endemik demam berdarah dengue (DBD), dusun Tlogo harus menjadi dusun yang bersih dan siaga akan bahaya DBD, namun hal tersebut belum terbentuk di dusun tersebut. Karena itulah, PKU Muhammadiyah Bantul bersama Puskesmas Kasihan 1, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UMY, STIKES Ahmad Yani dan masyarakat Tlogo Kasihan Bantul, mengadakan Gertak Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di dusun Tlogo, Kasihan, Bantul, Minggu (29/12).
Gertak PSN yang diselenggarakan ini merupakan akhir dari serangkaian kegiatan tim pendampingan pemberantasan DBD di dusun tersebut. Dari rangkaian kegiatan ini, angka bebas jentik dusun Tlogo diketahui mengalami peningkatan dari 45% ke 57%. Namun, saat ditinjau langsung kondisi kebersihan lingkungan dari rumah-rumah warga, masih ada rumah yang belum bebas dari jentik nyamuk. Hal tersebut dikarenakan kurang tepatnya proses pengurasan bak mandi warga. Kemudian banyaknya kaleng-kaleng, ban atau botol bekas yang menyebabkan genangan air, juga mempermudah jentik nyamuk untuk berkembang. “Kita masih belum bisa melihat kesadaran masyarakat (Tlogo) untuk menjaga kebersihan lingkungan. Padahal kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, punya peran penting dalam meminimalisir bahaya DBD,” ungkap Johan Nasruddin Firdaus, Humas RSU PKU Muhammadiyah Bantul itu.
Selain untuk meningkatkan kesadaran warga akan hidup sehat dan bersih, kegiatan ini menurut Johan juga untuk menambahkan pengetahuan dan kesadaran warga tentang bahaya DBD. “Kegiatan ini memang untuk menumbuhkan kesadaran hidup bersih dan sehat bagi warga Tlogo, tapi tujuan utama dari kegiatan pendampingan ini adalah untuk menumbuhkan dulu kesadaran masyarakat akan bahaya DBD,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Agus Purnama dari Puskesmas Kasihan Bantul 1. Ia mengatakan, masyarakat harus melawan bahaya DBD bersama-sama dan dimulai dengan hal sederhana. “Dimulai dengah hal-hal kecil, seperti 3 M: Menguras, Menutup, Mengubur” jelas Agus pada acara Gertak PSN itu. Masyarakat harus menguras bak maksimal satu minggu sekali dengan proses yang benar yaitu dibersihkan dengan menggosok dinding bak, menutup tempat-tempat penampungan air dimana jentik nyamuk berkembang dan yang terakhir adalah mengubur kaleng, botol dan ban bekas yang tidak terpakai supaya tidak menciptakan genangan air yang dapat menyebabkan jentik nyamuk berkembang.
Sementara itu FKIK UMY yang turut berpartisipasi dalam acara ini menurunkan sejumlah mahasiswanya untuk membantu memberantas DBD di dusun Tlogo tersebut. Sri Tasminatun yang merupakan dosen FKIK UMY dan Koordinator Divisi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat FKIK berharap bahwa kerjasama ini bisa ditindaklanjuti dan berkesinambungan, karena ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab perguruan tinggi untuk mengabdi kepada masyarakat. “Saya sangat senang bahwa FKIK UMY bisa terlibat dalam program ini, mudah-mudahan ini menjadi awal bagi kami untuk melanjutkan pemberantasan DBD sebagai wujud tanggung jawab kami kepada masyarakat sekitar kampus kami,” pungkasnya. (Asri)