Penyakit jantung dan pembuluh darah seperti hipertensi, masih tetap menjadi pembunuh nomor 1 di dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Banyak konsekuensi yang ditemui jika penyakit ini menyerang tubuh manusia. Akan tetapi, penyakit hipertensi ini sebenarnya dapat dicegah dan dikontrol, diantaranya dengan mengurangi konsumsi garam dan hidup harmoni tanpa stress.
Demikian disampaikan Prof. Dr. Med. Haji Rasyid Suparwata, Sp B., Sp.B(K)V, Sp BTHV(K)., saat memberi pendidikan tentang bahaya hipertensi, pada jama’ah pengajian Masjid Danunegaran, Kalakijo Guwosari Pajangan Bantul, Minggu (7/4). Acara ini diselenggarakan atas kerjasama Tim Bantuan Media Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (TBM-FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Ashabul Jannah takmir masjid Danunegaran serta DIGM (ikatan dokter Indonesia yang belajar di Jerman), dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Dunia yang jatuh setiap tanggal 7 April.
Manurut Suparwata, pencegahan penyakit hipertensi juga bisa dilakukan dengan melakukan diet seimbang, melakukan aktivitas fisik yang teratur seperti olah raga tidak lebih dari 30 menit setiap harinya, berhenti merokok dan miras. Namun, menurutnya yang paling penting adalah hidup tanpa stress.
“Banyak orang yang tidak peduli dengan kondisi dirinya sendiri. Banyak juga orang yang tidak tahu kalau sebenarnya, stress, suka marah-marah, tidak akur dengan keluarga, itu juga menjadi penyebab hipertensi. Padahal, hipertensi itulah yang menyebabkan orang bisa terserang penyakit jantung atau struk. Jadi, ubah pola hidup kita, tapi yang paling utama, jangan mudah iri dan tingkatkan kesabaran,” jelasnya.
Dokter ahli bedah jantung dan pembuluh darah ini melanjutkan, jika seseorang sudah terserang struk, maka yang terjadi adalah kematian pada usia dini, cacat seumur hidup, kemampuan bekerja berkurang, penghasilan menghilang, beban biaya keluarga meningkat, dan keluarga akan berantakan. “Jadi artinya, orang yang terkena struk itu, kalau tidak meninggal dini, ya cacat, dan membebani kelurganya,” lanjutnya.
Suparwata menambahkan, penyakit yang tidak lagi hanya menyerang orang-orang tua dan kaya ini, sebenarnya juga bisa dideteksi secara dini. Dengan cara, mengetahui tekanan darah dan tanda-tanda dari penyakit tersebut. “Kalau tekanan darah sudah melebihi 140/90 mm Hg, maka dia sudah terserang darah tinggi dan berpotensi struk. Tanda-tandanya kepala sakit, pusing, bingung, lupa, dan bisa juga mengalami koma,” imbuhnya.
Oleh karena itu, dokter yang pernah belajar dan bekerja di Jerman selama 40 tahun ini, menyarankan pada semua orang untuk memerangi dan membunuh pembunuh diri sendiri tersebut. Ia juga menyarankan untuk tidak hanya menerima obat jika melakukan pemeriksaan pada dokter. “Kalau ke dokter, jangan hanya terima obat saja. Tapi tanyakan juga berapa tekanan darahnya. Ini untuk mendeteksi apakah kita memiliki potensi terserang penyakit jantung, struk, atau darah tinggi. Dengan begitu, kita bisa mencegahnya,” pungkasnya.
Selain pemberian edukasi dalam memperingati Hari Kesehatan Dunia, TBM FKIK, Takmir Masji Danunegaran, dan DIGM juga bekerjasama menyelenggarakan pengecekan tekanan darah dan pengobatan gratis bagi masyarakat sekitar masjid.