Berita

Posisi Indonesia Layak diperhitungkan Amerika Serikat

Indonesia memiliki peran dan posisi strategi untuk diperhitungkan pemerintah Amerika Serikat (AS) sehingga kedatangan Barack Obama dapat dijadikan momentum

Indonesia memiliki peran dan posisi strategi untuk diperhitungkan pemerintah Amerika Serikat (AS) sehingga kedatangan Barack Obama dapat dijadikan momentum untuk melakukan kerjasama dan memperkuat hubungan diplomasi antara Indonesia dan AS.

Demikian disampaikan Dosen Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Ratih Herningtyas, S.IP, MA di kampus Terpadu UMY Rabu (12/6) dalam Seminar Nasional ‘Posisi Strategis Indonesia Menjelang Kedatangan Obama’ yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa UMY.

Lebih lanjut Ratih menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang menyebabkan Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki nilai lebih dan dapat diperhitungkan oleh AS. Aspek-aspek tersebut salah satunya adalah mayoritas agama di Indonesia adalah Islam. “Saat ini sentimen anti AS terkait dengan kebijakan yang terjadi di negara Timur Tengah menyebar dengan cepat. Untuk itu, AS perlu merangkul Indonesia untuk mengurangi tekanan-tekanan dari permasalahan yang terjadi terkait dunia Islam tersebut termasuk misalnya konflik Israel-Palestina. Sehingga Islam menjadi posisi penting untuk berperan dalam upaya penyelesaian konflik,”urainya.

Aspek selanjutnya yaitu sistem pemerintahan Indonesia yang menganut sistem demokrasi. “Sistem demokrasi di Indonesia merupakan sistem demokrasi terbesar ke tiga di dunia. Indonesia dalam pemilihan pejabat mulai dari Bupati hingga Presiden melalui pemilihan langsung sedangkan AS tidak. Hal ini membuktikan bahwa demokrasi kita diakui sebagai demokrasi terbesar,”tuturnya.

Selain dua aspek tersebut, aspek Presiden AS yang sekarang yaitu Barack Obama juga dimungkinkan mempunyai prospek yang berbedan dengan presiden sebelumnya. “Obama yang pernah tinggal di Indonesia dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki hubungan diplomatik yang sempat mengalami penurunan pada masa pemerinatahan Presiden Bush,” tambahnya.

Ratih berharap momentum kedatangan Obama dapat dijadikan upaya untuk melakukan kerjasama yang saling menguntungkan. “Dapat dijadikan sebagai simbiosis mutualisme untuk memperbaiki kerjasama yang sempat mengalami penurunan terutama di bidang pendidikan.”jelasnya.

Menurutnya Indonesia juga perlu memprioritaskan apa yang akan diperjuangkan. Hal yang paling penting harus dicapai dahulu. Karena suka atau tidak suka kita tetap membutuhkan AS namun jangan sampai menggadaikan prinsip-prinsip negara Indonesia,”tegasnya.

Sementara itu menurut Direktur Direktorat Amerika Utara dan Tengah Kementrian Luar Negeri, Drs. Bunyan Saptomo, MA menguraikan bahwa AS bersedia untuk mengembangkan Comprehensive Patnership. Makna dari pelaksanaan kerjasama komprehensif ini untuk memperluas dan memperdalam kerjasama yang saling menguntungkan. “Cakupan kerjasama komprehensif ini meliputi kerjasama politik dan keamanan, kerjasama dalam mengembangkan perekonomian, kerjasama dalam bidang pendidikan, ilmu dan teknologi, socio culture serta kerjasama lainya,”paparnya.

Kerjasama politik dan keamanan dalam hal memperkuat kerjasama pertahanan dan keamanan melalui dialog capacity building. Selain itu dapat dilakukan dengan menjadi patner dalam memulihkan perdamaian dan keamanan regional internasional.

“Sedangkan kerjasama pengembangan ekonomi dengan memperluas kerjasama di tingkat bilateral, regional dan multilateral untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi pembangunan berkelanjutan kedua bangsa maupun ekonomi dunia. Kemudian kerjasama dalam hal pendidikan dengan pemberian beasiswa, pertukaran pelajar, pengajar maupun peneliti,”pungkasnya.