Berita

Proaksi Sebagai Bentuk Pengabdian Masyarakat

Beberapa survei menunjukan bahwa kasus HIV/AIDS semakin meningkat tiap tahunnya. Untuk menjawab hal tersebut Program Profesi Nurse melaksanakan sebuah kegiatan bertajuk Proaksi “Program Abdi Keseshatan Reproduksi Tukang Becak dan Istri”. Kegiatan tersebut merupakan salah satu acara tahunan yang dilaksanakan oleh mahasiswa Program Profesi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang telah selesai menjalankan program profesinya selama 1,5 tahun. “Tahun yang sebelumnya kegiatan yang biasanya diadakan adalah seminar-seminar edukasi. Sedangkan untuk tahun ini kami memilih untuk melakukan pengabdian masyarakat dalam bentuk kegiatan yang kami namai Proaksi ini,” tutur Ketua Panitia Kegiatan Proaksi Winardi di sela-sela Kegiatan.

Kegiatan Proaksi tersebut dilaksanakan pada Rabu (13/12) di Alun-Alun Utara Yogyakarta. Kegiatan yang diikuti oleh 1800 tukang becak dan istrinya tersebut juga dihadiri oleh Dra. Puji Astuti yang mewakili Gubernur DI Yogyakarta Hamengkubuwono X. Selain itu BKKBN dan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta juga turut berpartisipasi dalam rangka memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kesehatan alat reproduksi dan Keluarga Berencana (KB) serta memberikan pengecekan kesehatan secara gratis. Selain itu juga dilaksanakan kegiatan Fun Walk yang dibuka oleh perwakilan dari Gubernur DIY, Senam bersama, beragam doorprize, lomba memasak dan lomba menghias becak.

Winardi mengatakan bahwa setelah dilakukan survey terhadap Tukang Becak di Yogyakarta masih banyak yang tidak memahami cara membersihkan alat kelamin. “Banyak tukang becak yang membersihkan alat kelamin menggunakan odol dan juga sering buang air kecil sembarangan. Hal tersebut menggugah rasa kepedulian kami untuk memberikan pengetahuan khususnya kepada tukang becak dan istri,” imbuhnya.

Senada dengan pernyataan di atas Sultan Hamengkubuwono X dalam sambutannya melalui Dra. Puji Astuti juga mengatakan bahwa banyak masyarakat masih belum memahami tentang HIV/AIDS. “Masyarakat belum begitu memahami HIV/AIDS serta menjaga kesehatan reproduksi yang baik dan benar. Sehingga masih banyak kasus ditemukan pasien HIV/AIDS yang baru diketahui ketika sudah stadium lanjut,” tuturnya.

Maka dari itu perlu dilakukan edukasi dan pendampingan terhadap masyarakat berkaitan dengan HIV/AIDS apalagi dengan adanya bonus demografi yang terjadi, menjadikan edukasi dan pendampingan menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Khususnya oleh kaum akademisi sehingga dapat menurunkan angka Infeksi Menular Seksual (IMS) sehingga kedepannya juga akan berefek pada kesejahteraan masyarakat.

Selain itu seluruh elemen dalam kegiatan tersebut termasuk masyarakat mengharapkan adanya tindak lanjut dari kegiatan tersebut kedepannya. Sehingga bisa lebih efektif dan menimbulkan output yang positif bagi lingkungan.

Winardi juga berharap masyarakat menjadi lebih memahami makna menjaga kesehatan alat reproduksi. “Harapannya dengan kegiatan ini angka HIV/AIDS bisa turun dan masyarakat khususnya tukang becak bisa lebih paham berkaitan degan menjaga alat reproduksi,” terangnya. (zaki)