Program studi Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) bersama dengan PIPAMAS Energy Talk sukses menggelar Seminar Nasional yang mengusung tema “Sudah Efektifkah Pembatasan BBM?”. Seminar Nasional tersebut dilaksanakan pada Rabu (16/11), di ruang Amphitheater E6 Lantai 5, Gedung KH Ibrahim UMY.
Prof. Rizal Yaya, S.E., M.Sc., Ph.D., Ak., CA., CRP. selaku Dekan dari FEB UMY dalam sambutannya mengatakan bahwa seminar tersebut merupakan forum yang luar biasa, sebab para pesertanya bisa mendapatkan informasi dan diskusi dari banyak pakar. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada PIPAMAS yang telah memberi kesempatan kerja sama bersama Prodi Ekonomi dan FEB UMY.
“Saya pikir diskusi ini akan sangat menarik, persoalan energi ini adalah persoalan yang mendasar, kita semua perlu punya pemahaman yang baik. Bagi mahasiswa kelak yang akan menjadi pemimpin di masa depan juga perlu punya visi dan pengetahuan mengenai energi ini dari sekarang,” imbuh Rizal lagi.
Seminar nasional ini juga menghadirkan beberapa tokoh yang ditampilkan sebagai narasumber. Di antaranya yakni Dr. Mailinda Eka Yuniza, S.H., LL.M. yang merupakan Pakar Hukum Energi Fakultas Hukum UGM. Dr. Fahmy Radhi, S.E., MBA. Pakar Ekonomi Energi Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Kemudian narasumber ketiga adalah Dr. Dessy Rachmawatie, M.Si. yang merupakan Peneliti Ekonomi Energi dari program studi Ekonomi FEB UMY.
Dalam sesi diskusi masing-masing pembicara menyampaikan argumennya mengenai isu BBM hari ini. “Jika ditanya sudah efektifkah pembatasan BBM hari ini, dari pusat studi energi UGM sendiri kami sudah bekerjasama dengan beberapa stakeholder terkait dengan pembatasan BBM ini cukup lama, saya merasa belum sepenuhnya efektif sebenarnya,” jelas Dr. Mailinda Eka Yuniza dalam sesi diskusi.
Dr. Fahmy Radhi juga menyampaikan bahwa pembatasan BMM hari ini belum efektif. “Kalau ditanya sudah efektifkah pembatasan BBM, maka saya jawab not that all, belum efektif sama sekali. Produksi minyak kita itu lebih kecil dibanding konsumsi kita, sebagian besar BBM yang kita konsumsi itu diimpor, jadi harganya menyesuaikan pasar minyak dunia. Salah satu pemicu harga minyak dunia tinggi adalah perang antara Russia dan Ukraina yang menyebabkan dampak di semua aspek termasuk minyak,” terangnya.
Sementara Dr. Dessy Rachmawatie menyampaikan krisis yang terjadi dalam sektor energi dan BBM. “Bisa saya bilang, selain pangan bisa dibilang energi saat ini adalah salah satu sektor kehidupan yang mengalami krisis luar biasa. Keduanya di tengah pandemi, itu efek yang sekaligus kita rasakan pada hari ini. Di tahun 2025 sendiri, proyeksi migas kita sudah habis, karena efek penyesuaian harga BBM hari ini. Hal ini juga mirip dengan pangan, berapapun harganya kita tetap konsumsi karena untuk mobilitas dan efektivitas hidup kita setiap hari, tidak bisa dikurangi,” ungkapnya.
Seminar Nasional mengenai efektifitas pembatasan BBM ini dipandu oleh Rudy Andanu, yang merupakan media and communications professional sebagai moderator dalam sesi seminar dan sesi tanya jawab. Pada gelaran seminar kali ini, para peserta juga mendapatkan e-sertifikat dan disiapkan juga 5 hadiah yang diberikan kepada 5 orang penanya dengan pertanyaan paling menarik dalam sesi tanya jawab. (FF)