Prodi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri Indonesia, menyelenggarakan acara bedah buku ‘Jejak Orang Jawa di New Caledonia’ karya Widya Rynanta (mantan Konsul Jenderal RI di Noumea) pada Selasa (4/9) di Amphi Theater Pasca Sarjana Lantai 4. Tak hanya itu, dalam acara yang dihadiri mahasiswa HI UMY dan beberapa pejabat Pemda Bantul ini juga dilangsungkan diskusi tentang Kebijakan Pemerintah RI di Kawasan Asia Pasifik.
Dr. Nur Azizah, M.Si selaku ketua Prodi Hubungan Internasional UMY dalam sambutannya mengungkapan terima kasih atas terselenggaranya acara tersebut. “Kami ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Kementerian Luar Negeri dan Sesditjen Aspasaf yang telah berkenan untuk melakukan kerjasama dengan kami untuk berbagi ilmunya tentang jejak orang jawa di Kaledonia Baru. Acara ini sangat bermanfaat untuk memperluas cakrawala pengetahuan tentang fakta yang belum pernah diketahui sebelumnya. Bahwa ternyata banyak saudara-saudara setanah air dalam artian etnis orang Jawa yang bertahan hidup di negara kecil di Asia Pasifik seperti Kaledonia Baru,” paparnya.
Sementara itu, dalam sesi diskusi mengenai kebijakan Pemerintah Republik Indonesia di kawasan Asia Pasifik, dipandu oleh narasumber dari Sekretaris Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, Rossy Verona dan Firdaus Dahlan, SE selaku mantan Direktur Kesekretarian IORA (Indian Ocean Rim Association). Rossy pun mengajak Prodi HI UMY untuk melakukan kerjasama dalam bidang pemberian wawasan tentang kebijakan publik kepada mahasiswa kedepannya, yang bertujuan agar mahasiswa tidak hanya belajar tentang teori namun bisa mengetahui fakta di lapangan secara langsung melalui kesaksian para Diplomat yang berpengalaman dari Kemenlu.
Dalam ulasannya, Rossy menggambarkan bagaimana sebenarnya kebijakan yang dilakukan Pemerintah Republik Indonesia di kawasan Asia Pasifik. Dari sekumpulan negara-negara kecil yang hanya memiliki populasi kurang lebih 10,5 juta jiwa, negara-negara Asia Pasifik sebenarnya memiliki potensi bagus dalam bidang diplomasi, pengembangan usaha industri, dan sebagainya. Hal itu mengacu pada instruksi langsung Presiden RI. “Pak Presiden Joko Widodo mengisntruksikan bahwa Indonesia harus mulai bekerja sama dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik,” sambung Rossy.
Sementara itu acara ini ditutup dengan bedah buku ‘Jejak Orang Jawa di New Caledonia’ langsung oleh sang penulis Widya Rinanta. Buku ini memuat 34 tulisan yang disusun dalam empat bagian yang berisikan tentang eksistensi budaya Jawa yang memiliki hikayat panjang di tanah Kaledonia Baru. Namun demikian warga Jawa yang tinggal di sana bukan lagi berstatus sebagai WNI (Warga Negara Indonesia), mereka berada langsung di bawah pemerintahan Prancis dan belum memerdekakan diri.
Bukan hanya di Suriname saja yang sejauh ini kita kenal memiliki penduduk yang berasal dari orang Jawa Indonesia, lewat buku ini memberitahukan sebuah fakta baru bahwa Kaledonia juga memiliki penduduk orang Jawa. Kendati sudah terlepas dari status WNI, etnis Jawa di Kaledonia Baru masih melestarikan budaya Indonesia khususnya Jawa, seperti syukuran (selamatan), nyadran, arisan, dan ingkung.
Ade Ma’ruf Wirasenjaya sebagai pimpinan Redaksi Jurnal Hubungan Internasional UMY turut memberikan penilaiannya mengenai buku yang dianggapnya sangat bagus dalam membangun dan memperluas wawasan mahasiswa mengenai konteks Diplomatik. “Dari perspektif studi Hubungan Internasional, buku ini menawarkan pentingnya pandangan-pandangan pasca realis dalam melihat dunia,” tutupnya. (Habibi)