Berita

Profesor Asal Spanyol Sebut Limbah Plastik Bentuk Pemborosan Sumber Daya Alam

Pencemaran limbah plastik yang hampir selalu kita temukan di berbagai tempat pengelolaan sampah, menjadi salah satu bentuk pemborosan sumber daya alam. Hal ini dikarenakan plastik terbuat dari sumber daya alam yang tidak terbarukan.

Hal tersebut disampaikan Christian Blum, Profesor dari Consejo Superior de Investigacions Cientificas (Dewan Riset Nasional Spanyol) saat dihubungi pada Kamis (9/3). Menurutnya, pengelolaan sampah menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh umat manusia saat ini. Sebab berkaitan erat dengan masalah kesehatan dan pemanfaatan sumber daya alam yang terbatas.

“Misalnya dengan keberadaan sampah plastik. Sebagian sampah plastik itu dapat terdegradasi menjadi butiran-butiran kecil yang disebut microplastics. Polutan ini dapat termakan oleh hewan-hewan laut, akibatnya manusia yang memakan hewan-hewan laut itu pun dapat terganggu kesehatannya. Di sisi lain, plastic terbuat dari sumber daya alam yang tidak terbarukan, sehingga pencemaran limbah plastic ini juga dapat kita anggap sebagai salah satu bentuk pemborosan sumber daya alam,” jelas Christian.

Oleh sebab itulah, lanjut Christian, upaya pengelolaan sampah di Spanyol pun dilakukan dengan lebih ketat dan tersistem. “Di Barcelona, upaya-upaya pengurangan penggunaan plastik dalam aktivitas sehari-hari warganya telah dirintis sejak lama. Lebih dari itu, sejak dekade 1990-an Pemerintah Daerah Barcelona telah menetapkan aturan pemisahan sampah rumah tangga warganya menjadi lima jenis, yakni kertas, kaca, plastik, organik, dan residu,” imbuhnya.

Berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang didapatnya, Christian Blum pun digandeng oleh Lembaga Kerjasama dan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (LKI UMY) dalam program Visiting Profesor, untuk memberikan pengetahuan dan menceritakan pengalamannya kepada warga Kuncen, Cawas, Klaten. Dalam program tersebut, Christian berkunjung ke Bank Sampah Manunggal Sejahtera (BSMS) di RW: 09, Kuncen, Desa Cawas, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah pada awal Maret lalu.

Dalam kunjungan tersebut, Christian bertemu dengan para Pengurus BSMS untuk bertukar cerita tentang sistem pengelolaan sampah di Spanyol dan di BSMS RW-09 Kuncen Desa Cawas. Ia juga memberikan apresiasi kepada segenap Pengurus BSMS. Menurutnya, pengurus BSM telah berada di jalur yang tepat.

“Apa yang dilakukan para pengurus telah berada di jalur yang tepat, saya berharap pengurus dapat terus mempertahankan komitmennya dan meningkatkan kualitas pekerjaannya di masa yang akan datang,” imbuh Christian.

Dalam kesempatan yang sama, Dr Teddy Nurcahyadi Ketua Tim Pengabdian Masyarakat dan Person in Charge program Visiting Profesor Prodi Teknik Mesin dan Prodi Profesi Insinyur UMY menerangkan bahwa keberhasilan dan keberlanjutan kegiatan BSMS tidak terlepas dari kontribusi banyak pihak.

“Inisiatif pelaksanaan kegiatan ini murni berasal dari aspirasi warga RW-09 Kuncen yang mulai merasakan dampak negatif dari terbatasnya kapasitas pengelolaan sampah pada tahun 2014 di Desa Cawas. Bak gayung yang bersambut, aspirasi warga ini kemudian ditindaklanjuti oleh Tim Pengabdian Masyarakat UMY yang kemudian memfasilitasi dialog antara warga RW-09 Kuncen yang tergabung di dalam Tim Perintis Pengelolaan Sampah Terpadu RW-09 Kuncen dengan PCM Cawas dan Pemerintah Desa Cawas,” paparnya.

Dalam dialog tersebut membuahkan hasil, dimana PCM Cawas memberikan izin penggunaan tanah wakafnya di RW-09 Kuncen dan Pemerintah Desa Cawas memberikan bantuan dana untuk pembangunan gedung tempat kegiatan serta bantuan kendaraan roda-tiga sebagai sarana transportasi BSMS. Selanjutnya, Tim Pengabdian Masyarakat UMY melalui berbagai macam hibah internal dan eksternal UMY melengkapi fasilitas BSMS dan meningkatkan kompetensi pengurusnya melalui bantuan alat-alat dan pelatihan.

“Kunci keberhasilan dan keberlangsungan kegiatan BSMS ini terletak pada komitmen dan militansi Bapak dan Ibu Pengurusnya. Tanpa itu, berbagai macam fasilitas yang tersedia dan pelatihan yang diberikan tidak akan ada artinya,” tutup Teddy. (Mut)