Kuliah umum yang bertemakan “Konstruksi Kajian Ilmu Sosial, Humaniora, dan Keagamaan” ini mendatangkan narasumber seorang antropolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra, MA, serta dihadiri Rektor UMY, Prof. Dr. Bambang Cipto, MA. Kuliah umum diselenggarakan di ruang sidang utama gedung AR. Fakhruddin A lantai 5 Kampus Terpadu UMY, Sabtu (21/9).
Dalam makalahnya, Prof. Ahimsa memaparkan bahwa tujuan sebenarnya dari penelitian pada segala bidang ilmu pengetahuan itu untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang gejala sosial, budaya dan agama. “Dan inti dari ilmu pengetahuan itu adalah paradigma. Sementara itu, pengembangan ilmu pengetahuan berarti mengembangkan paradigma. Karena itu, pemikiran mahasiswa pascasarjana harus menuju ke arah itu, kalau mau melakukan penelitian,” paparnya.
Dalam melakukan penelitian, menurut Prof. Ahimsa lagi, mahasiswa pascasarjana harus memiliki kerangka berpikir tertentu. Karena kerangka berfikir itulah yang akan digunakan untuk melihat dan memandang fenomena yang terjadi di lingkungan sosial sekitarnya. “Penelitian dalam ilmu sosial, budaya dan agama itu hampir selalu menggunakan perspektif atau paradigma berpikir tertentu. Dalam dunia filsafat ilmu, paradigma itu objek formal, sementara gejala-gejala sosial yang kita pelajari merupakan objek materialnya. Tapi, perspektif atau paradigma itu tergantung pada pendekatan-pendekatan yang kita ambil. Jadi sebenarnya, penelitian itu ingin memahami, menafsirkan, dan menjelaskan kenyataan,” jelasnya.
Prof. Ahimsa juga mengungkapkan bahwa paradigma itu memiliki beberapa unsur, yakni asumsi dasar, nilai-nilai, model, masalah yang diteliti, konsep-konsep, metode penelitian, metode analisis, teori, dan representasi. “Namun dari sembilan unsur tersebut, ada tiga unsur yang merupakan unsur implisit, yaitu asumsi dasar, nilai-nilai, dan model. Kemudian, asumsi dasar itulah yang menjadi dasar untuk mengkaji gejala sosial, budaya, dan agama. Karena pada setiap permulaan penelitian, dapat dipastikan memiliki asumsi dasar. Asumsi dasar ini merupakan pandangan-pandangan yang kita anggap benar, dan berasal dari teori-teori yang sudah matang atau jelas kebenarannya,” ungkapnya.
Dalam menjelaskan tentang hubungan konstruksi dengan paradigma, Guru besar UGM ini juga menambahkan bahwa konstruksi itu berawal dari hal yang sangat mendasar, dan hal itu adalah paradigma. “Jika kita melihat konstruksi itu sebagai sebuah proses penciptaan makna atau realitas, maka paradigmalah hal paling mendasar dari konstruksi. Karena paradigma itu berarti cara berfikir tertentu dalam memandang fenomena, dan elemen-elemen konstruksi itu juga berasal dari paradigma. Jadi, yang kita bicarakan saat ini adalah kerangka dari konstruksi, dan hal yang paling mendalam dari konstruksi,” imbuhnya.
Sementara itu, Prof. Dr. Bambang Cipto, MA, Rektor UMY mengharapkan acara ini dapat memberikan pencerahan bagi para mahasiswa baru. “Semoga kuliah umum ini dapat membantu para mahasiswa menjadi pemikir-pemikir dan anak bangsa yang handal serta profesional. Selain itu, diharapkan juga mahasiswa bisa melihat permasalahn-permasalahan yang lebih kompleks, dan tidak lagi memandang masalah itu berkotak-kotak. Karena sebenarnya, setiap masalah yang terjadi itu hampir selalu memiliki hubungan antara yang satu dengan lainnya, baik itu secara sosial, budaya, atau agama,” pungkasnya. (addhuhry)